Mohon tunggu...
Mahendra Hariyanto
Mahendra Hariyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pekerja IT TInggal Di Singapura

Pekerja IT yang sedang belajar menulis... Tinggal di Singapura

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Akankah Konflik Timur Tengah Memicu Perpecahan di Indonesia?

19 Mei 2019   08:52 Diperbarui: 20 Mei 2019   05:40 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1979 terjadi revolusi yang menjatuhkan pemerintahan "sekuler" Raja Iran Reza Pahlevi yang dianggap terlalu kebarat-baratan . Revolusi Iran dipimpin   Ayatholah Komeini, seorang Ulama Syiah yang berada di pengasingan.

Revolusi Iran melahirkan bentuk negara baru bagi Iran dari sebuah kerajaan menjadi sebuah negara islam : Islamic Republic of Iran. Republik Islam Iran dengan pimpinan tertinggi "Supreme Leader" seroang ulama Shiah : Ayaholah Khomeini.

Revolusi Iran tahun 1979 ini menjadi pemicu perubahan besar di Arab Saudi yang merasa terancam akan semakin besarnya pengaruh Aliran "Shiah" di wilayah semenanjung Arabia

Penyerangan Masjidil Haram  1979

Revolusi Iran merupakan suatu ancaman sekaligus inspirasi bagi kaum Wahabi di Saudi. Dikatakan ancaman, jelas, kaum Wahabbi yang beraliran Sunni merasa terancam dengan berdirinya negara Islam Iran akan semakin menguatkan pengaruh ajaran Syiah di sememanjung Arabia.

Di sisi lain, revolusi Iran juga menjadi inspirasi bagi kaum fundamentalist Wahabi, untuk melakukan hal serupa , melakukan pemberontakan dan perlawanan pada Kerajaan Saudi Arabia yang  dianggap tidak lagi memperhatikan ajaran Wahabi.

Perlawanan itu diwujudkan oleh Juhaymann al-Otaybi , seorang fundamentalist Wahabi, dan 500 an orang pengikutnya dalam bentuk penyerangan dan penyitaan Masjidil Haram, 20 November 1979.

Pasukan Kerajaan Saudi Arabia (KSA) tidak dapat meredam pemberontakan itu, dan harus meminta bantuan pasukan khusus dari Perancis dan Pakistan. Pemberontakan tersbut akhirnya dapat dilumpuhkan  dalam waktu 2 minggu.  Juhaymann   dijatuhi hukuman mati oleh KSA

Pasca Penyerangan Masjidil Haram November 1979

Pemerintah KSA menganggap serius upaya pemberontakan Juhaymann.  Dinasti Saud tidak ingin Juhaymann  menjadi martir dan menginspirasi pengikut Wahabi untuk melakukan pemberontakan pemberontakan berikutnya.  

Oleh karenanya, KSA pada akhirnya menanggapi serius keluhan Kaum Wahabi atas perkembangan budaya di Arab Saudi yang sudah dianggap terlalu menyimpang jauh dari paham Wahabi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun