Mohon tunggu...
Timotius Mahessa Nanda
Timotius Mahessa Nanda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di Seminari Mertoyudan

suka ayam goreng

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Kurang Sehat Akibatkan Tindakan Kriminal Klitih

12 Februari 2023   20:00 Diperbarui: 24 Februari 2023   08:08 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak - kanak menuju tahap dewasa. Umumnya, masa ini dikenal dengan masa mencari jati diri. Anak remaja akan banyak mengeksplor dirinya dan mencari kecocokan dengan apa yang mereka senangi. Mereka akan melakukan apapun untuk mencari jati diri mereka sendiri.  Pada tahap ini, remaja akan menemukan circle mereka sendiri yang mereka yakini cocok untuk perkembangan mereka, walaupun tak jarang mampu untuk merusak diri mereka sendiri. Contoh konkretnya adalah terjerumus dalam geng klitih.

Apa itu Klitih?

Permasalahan klitih ini sudah menjadi masalah sosial yang kerap kali terjadi di Yogyakarta. Anggota klitih merupakan anak-anak remaja dengan yang masih dibawah umur. Diantaranya merupakan siswa SMP dan SMA. Mereka melakukan klitih ini karena untuk mencari eksistensi. Mereka merasa ingin disegani oleh kakak kelas ataupun adek kelas mereka. Cara mereka memperoleh eksistensi tersebut adalah dengan melakukan klitih. Sosiolog Kriminal UGM Suprapto mengkaji bahwa tindakan klitih merupakan ajang rekrutmen yang dilakukan oleh kelompok geng muda. Agar mampu diterima sebagai anggota kelompok, para calon anggota baru ditantang untuk membuat onar dengan melukai pengguna jalan.

Para remaja anggota geng klitih akan membawa senjata tajam sambil mengendarai sepeda motor. Biasanya mereka melakukannya berboncengan, yang satu mengendarai sepeda motor dan yang satu membawa sajam untuk melukai korban. Korban yang disasar pun tidak memandang usia, baik dari usia muda hingga tua. Mereka tidak mengincar harta atau benda apapun melainkan hanya ingin melukai dan meninggalkan korban begitu saja. Biasanya klitih ini dilakukan pada dini hari kisaran pukul 00.00 ke bawah dan biasa dilakukan di tempat tempat yang sepi.

Bagaimana klitih bisa terjadi?

Klitih memiliki cukup banyak makna. Disebutkan, klitih berasal dari bahasa Jawa yang berarti aktivitas untuk mencari angin di luar rumah. Ada pula kata "klitih" diambil dari sebutan "Pasar Klitikan" Yogyakarta yang diartikan sebagai kegiatan santai sembari mencari barang bekas yang dalam bahasa Jawa berarti "klitikan". Pada mulanya klitih ini merupakan kegiatan positif yang menggambarkan kegiatan seseorang mengisi waktu luang. Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan ini mulai dinilai negatif.

Fenomena klitih ini bermula pada awal tahun 1990-an ketika kepolisian mengumpulkan geng remaja di Yogyakarta. Menurut informasi yang ada, mereka diketahui melakukan tindak kejahatan. Setelah orde baru, Wali Kota Herry Zudianto mengancam para pelajar yang terlibat tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Dari hal itu, para pelajar kemudian berkeliling dan mencari musuh dengan cara berkeliling kota untuk melakukan aksi klitih.

Rusaknya pola relasi yang sehat bagi remaja

Pola relasi yang tidak sehat akan menjerumuskan anak ke dalam tindakan yang negatif. Tentunya tidak hanya dalam lingkungan eksternal melainkan juga dalam internal keluarga. Keluarga sebagai sosok utama dan pertama dekat dengan anak harus mampu membangun iklim yang sehat agar anak tidak terjerumus dalam hal negatif. Perlu dibangun relasi dan kepercayaan baik dari orang tua dan anak.

Selain itu, pola relasi yang ditumbuhkan oleh anak dengan teman-temannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa diluar sana cukup banyak anak anak yang akhirnya terjerumus dalam hal-hal negatif karena pola relasi yang tumbuh disekitarnya. Salah satu hal yang paling dekat adalah dari teman. Ketika salah seorang remaja terjerumus dalam hal negatif, ketika dia tidak mampu mengontrol maka akan terus terjebak dalam lubang tersebut. Hal ini akan menjadi hal negatif dan menjadi habitus negatif bagi siswa tersebut. Hal ini juga didukung dengan sifat remaja yang labil dan mudah untuk dipengaruhi.

Upaya meminimalisir tindakan kriminal pada remaja

Sesuai dengan undang undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak, disebutkan bahwa tugas dan tanggung jawab orang tua adalah; 1) Mengasuh memelihara, melindungi, dan mendidik anak, 2) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemapuan, minat, dan bakatnya, 3) Mencegah anak menikah pada usia dini, dan 4) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti anak.

Keluarga harus mampu menjaga, mengawasi dan memberikan pendidikan yang tepat bagi anak agar tidak mudah terjerumus dalam hal negatif. Memberi kebebasan pada anak untuk mengeksplor diri, bukan berarti melepas tanggungjawab untuk mengasuh dan mendidik melainkan memberi kepercayaan untuk mampu mengasah diri mereka secara mandiri.

Para pendidik di sekolah hendaknya juga mampu memberikan pengawasan untuk siswanya agar tidak terjerumus dalam hal hal negatif mengingat sekolah sebagai rumah kedua bagi anak. Pendidik juga memiliki tanggung jawab untuk menjadi sosok orang tua bagi anak ketika di sekolah. Guru harus menjadi sosok yang mampu digugu lan ditiru. Melalui pelajaran-pelajaran yang ada, hendaknya guru mampu memberikan rambu-rambu yang mampu meminimalisir anak untuk tidak terjerumus dalam hal-hal negatif.

Pemerintah hendaknya turut mengambil bagian dalam mengontrol dan mengawasi masyarakat untuk tetap waspada terhadap fenomena klitih ini. Pemerintah yang memiliki wewenang dalam mengontrol masyarakat hendaknya mampu memberikan pengawasan ketat dan bekerja sama dengan badan keamanan masyarakat setempat untuk menjaga ketertiban. Pemerintah juga hendaknya memberikan penyuluhan dalam sekolah-sekolah mengingat pelaku kebanyakan dari siswa SMP dan SMA akan bahayanya klitih.

Refleksi

Dewasa ini, teknologi semakin berkembang pesat dan akses untuk mengeksplor hal apapun sangatlah mudah. Kita mampu menemukan barang, teman, atau pun kenalan melalui media-media apapun. Namun, jika tidak hati-hati kita akan mudah untuk masuk ke dalam hal-hal negatif. Usia tidak mempengaruhi besar kerentan terhadap hal-hal negatif. Kita semua bisa saja masuk ke dalam hal-hal negatif tersebut.

Remaja sebagai sosok yang masih labil perlu banyak perhatian dari lingkungannya. Lingkungan yang mendukung harapannya mampu membantu perkembangan anak menjadi sosok yang baik dan berguna dalam masyarakat. Menjadi sosok yang dewasa dan berguna dalam masyarakat memang suatu pilihan, tetapi tanpa ada daya dukung dari lingkungan tentu hanya akan sia-sia. Oleh karena itu, mari kita mulai sadar dan membentuk pola relasi yang mampu mendukung diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. "Be man for and with others".

 

 

Referensi:

https://www.suara.com/news/2022/04/06/073225/sejarah-klitih-asal-usul-arti-istilah-dan-aksi-kejahatan-jalanan-yang-kerap-terjadi-di-jogja?page=2 diakses pada 12 Februari 2023, pukul 18.02

https://www.suara.com/news/2022/04/05/165749/sering-dianggap-sama-ini-lho-perbedaan-klitih-dan-begal?page=2 diakses pada 12 Februari 2023, pukul 18.05

https://pasca.unej.ac.id/sosok-guru-profesional-yang-ideal-ala-ki-hajar-dewantara/ diakses pada 12 Februari 2023, pukul 18.55

https://lm.psikologi.ugm.ac.id/2022/05/fenomena-klitih-di-yogyakarta-mengapa-bisa-terjadi/#:~:text=Fenomena%20klitih%20sebenarnya%20telah%20dimulai,anak%20muda%20yang%20melakukan%20kejahatan. diakses pada 12 Februari 2023, pukul 19.03

https://www.kompasiana.com/5181_bintangsevlinadia6498/63c0b5c111a3524c290919e2/pendidikan-moral-sebagai-penyelamat-masa-depan-pelaku-klitih?page=1&page_images=1 diakses pada 12 Februari 2023, pukul 19.13

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun