Nama : Mahdinar
NIM : 23010400064
Mata Kuliah : Filsafat dan Etika Komunikasi
Dosen Pengampu: Dr. Nani Nurani Muksin, S.Sos, M.Si
Sebanyak 30 siswi baru SMA Terpadu (SMAT) Wira Bhakti Gorontalo di Kabupaten Bone Bolango, memilih kabur dari asrama usai diduga di-bully seniornya. Selain itu, para siswi tersebut juga diduga tidak tahan dengan perlakuan seniornya yang kerap menghukum dan mengambil uang jajan mereka. Para siswi tersebut meninggalkan asrama di Jalan Nani Wartabone, Desa Bubeya, Kecamatan Suwawa, Bone Bolango pada Jumat (10/5) sekitar pukul 02.00 Wita. Mereka keluar dari asrama dengan memanjat pagar.
Bullying, atau intimidasi, merupakan masalah serius yang seringkali dihadapi oleh para pelajar di berbagai institusi pendidikan. Salah satu contohnya adalah yang terjadi di SMA Wira Bhakti, di mana aksi bullying telah membuat 30 taruni memutuskan untuk kabur dari asrama mereka. Fenomena ini tidak hanya menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi para korban, tetapi juga mengundang pertanyaan filosofis dan etika komunikasi dalam konteks pendidikan.
Filsafat Bullying
Filsafat memberikan sudut pandang yang menarik untuk melihat fenomena bullying. Di antara teori-teori yang relevan adalah konsep keadilan dari filsuf abad ke-17, John Locke. Locke berpendapat bahwa setiap individu memiliki hak alami untuk hidup, kebebasan, dan kepemilikan. Dalam konteks ini, aksi bullying dapat dipandang sebagai pelanggaran terhadap hak-hak ini. Ketika sekelompok pelajar menggunakan kekuatan atau dominasi mereka untuk merendahkan, menyakiti, atau mengintimidasi teman sekelas mereka, mereka melanggar prinsip-prinsip keadilan alamiah ini. Selain itu, teori etika dari filsuf Immanuel Kant juga memberikan perspektif yang berharga. Kant menekankan pentingnya memperlakukan individu sebagai tujuan dalam dirinya sendiri, bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan lain. Dengan demikian, tindakan bullying, yang mengurangi martabat dan otonomi korban, bertentangan dengan prinsip dasar etika Kantian.
Etika KomunikasiÂ
Dalam konteks etika komunikasi, penting untuk mempertimbangkan bagaimana interaksi verbal dan non-verbal dapat memengaruhi individu dan hubungan antarindividu. Bullying seringkali melibatkan penggunaan kata-kata atau perilaku yang merendahkan, mengancam, atau menyakiti secara emosional. Ini tidak hanya melanggar prinsip dasar komunikasi yang menghormati keberagaman dan martabat individu, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak nyaman bagi korban. Dalam sebuah lingkungan pendidikan, di mana pertukaran gagasan dan pengalaman seharusnya mendorong pertumbuhan intelektual dan emosional, keberadaan bullying menghambat proses tersebut. Individu yang menjadi korban bullying mungkin merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas, mengekspresikan pendapat mereka, atau bahkan hadir di sekolah secara keseluruhan. Ini dapat menghambat perkembangan pribadi dan akademik mereka.
Cara Penanganan Masalah
Untuk menangani masalah bullying di SMA Wira Bhakti, pendekatan yang holistik dan terkoordinasi diperlukan. Pertama, perlu ada kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya etika komunikasi dan penghargaan terhadap keberagaman di antara siswa. Program-program anti-bullying dan pelatihan komunikasi yang inklusif dapat membantu membangun lingkungan yang lebih aman dan mendukung.Selain itu, penting untuk melibatkan semua pihak yang terlibat, termasuk siswa, staff pengajar, staff administratif, dan orang tua, dalam upaya pencegahan dan penanganan bullying. Semua anggota komunitas sekolah harus diberdayakan untuk mengidentifikasi tanda-tanda bullying dan melaporkannya dengan aman. Terakhir, penegakan aturan sekolah yang konsisten dan transparanmerupakan langkah penting dalam menciptakan budaya sekolah yang mengutamakan keadilan dan kesejahteraan semua individu.
Kesimpulan
Bullying di SMA Wira Bhakti telah menciptakan situasi yang sulit bagi 30 taruni yang memutuskan untuk kabur dari asrama mereka. Fenomena ini mengundang pertanyaan filsafat dan etika komunikasi, menyoroti pelanggaran terhadap hak-hak individu dan prinsip-prinsip dasar komunikasi yang menghormati martabat manusia. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan kesadaran, pelatihan, partisipasi komunitas, dan penegakan aturan yang konsisten. Hanya dengan upaya bersama, sebuah lingkungan pendidikan yang aman dan inklusif dapat terwujud.
sumber lain:Â
2. Mufid, Muhamad. (2012). Filsafat dan Etika Komunikasi. Jakarta: Prenadamedia Group. McQuail,Dennis Teori Komunikasi Masa, (Jakarta; Penerbit Erlangga 1996)
3. Rachmat Kriyantono, Kriyantono (2019) Pengantar Lengkap Ilmu Komunikasi Filsafat dan Etika Ilmunya Serta Perspektif Islam.
4. Naingolan, AE, & Kartini, K. (2024). Istilah Etika, Pengertian Etika Komunikasi, dan Etika Komunikasi Persuasif. Jurnal Pendidikan Tambusai , 8 (1), 5004-5013.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI