Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi, Antara Fungsi dan Kepuasan Diri

8 Februari 2021   08:30 Diperbarui: 8 Februari 2021   09:35 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: https://in2english.net/

Jika sebuah hobi memberikan kesenangan, maka orang tersebut sukses dengan hobinya. Tetapi jika hobi tersebut justru membuatnya sengsara dan makin menderita, maka mungkin hobi tersebut tidak layak dipertahankan.

Yang lebih menarik tentang hobi ini justru sisi irasionalitas yang menyertainya. Maksudnya, seseorang dalam mewujudkan hobinya kadang tidak masuk akal menurut kacamata orang yang tidak punya hobi yang sama.

Misalnya, belakangan ini terjadi gelombang popularitas dari tanaman yang dikenal dengan sebutan "janda bolong". Harga dari daun janda bolong bisa mencapai ratusan ribu, jutaan bahkan mungkin puluhan sampai ratusan juta.

Itu sesuatu yang tidak rasional jika diukur dari nilai ekonomi produktif. Bagaimana mungkin selembar daun bisa mempunyai harga yang begitu tinggi tanpa jelas diketahui manfaatnya baik dari segi khasiatnya atau fungsi praktisnya.

Tentu saja, tidak ada tumbuhan yang tidak memiliki manfaat. Setidaknya tumbuhan bermanfaat untuk membersihkan udara. Tetapi dalam konteks daun janda bolong ini, nilai ekonomisnya tidak sebanding dengan nilai fungsionalnya.

Ini berbeda dari jenis tanaman lain yang jelas-jelas memiliki manfaat sebagai obat herbal atau fungsi lainnya. Misalnya kayu gaharu, walaupun nilainya tinggi secara ekonomi, tetapi benda tersebut memiliki fungsi lain yang lebih bermanfaat.

Tingginya harga tanaman janda bolong tadi dibandingkan dengan nilai fungsionalnya itulah yang disebut sisi tidak rasionalnya sebuah hobi. Seperti halnya nilai sebuah karya seni, hobi juga memiliki nilai yang tidak ada ukuran rasionalitasnya.

Nilai sebuah hobi biasanya terletak pada aspek estetika atau aspek kepuasan batin yang tidak ada hubungannya dengan rasionalitas atau kewajaran. Ia lebih bersifat subjektif daripada bersifat objektif.

Kadang perilaku dan tindakan seseorang terkait hobi ini masuk akal, kadang juga tidak masuk akal. Bernilai tidaknya sebuah benda pada akhirnya kembali kepada manusianya sebagai subjek pencipta nilai.

Ibarat dalam ranah filsafat, hobi juga memiliki nilai subjektif. Nilai ini tidak memiliki dasar universal karena berhubungan dengan sisi lain dari jiwa apresiasi manusia dalam menilai sesuatu.

Ini berbeda dari nilai yang terdapat dalam sains atau ilmu pengetahuan. Di dalam sains terdapat nilai kebenaran dan manfaat objektif dan berlaku di mana saja dan bagi siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun