Secara ringkas, satu-satunya tujuan sains adalah untuk memahami dunia di mana manusia hidup. Yang dimaksud dengan memahami dunia empiris, bagaimanapun, sangat kompleks dan akan membutuhkan penjelasan yang cukup panjang dan lama.
Ilmu pengetahuan hanya berkembang apabila ada upaya dialektik di antara teori dan fakta. Misalnya saja teori mengenai sebab-sebab kenakalan remaja, bisa menjadi salah datu dasar bagi kita untuk menerapkan metode yang tepat dalam mendidik anak. Teori tersebut menjadi semacam ringkasan dan rumusan dalam menjelaskan fenomena sosial di kalangan remaja.
Pada gilirannya, teori tersebut tidak bisa dikatakan benar kecuali memang berasal dari hasil pengamatan dan pengukuran faktual terhadap gejala kenakalan yang terjadi di antara para remaja. Di sinilah peranan penting dan hubungan antara keduanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Hubungan Teori dan Fakta
Dasar ilmu pengetahuan modern adalah hubungan yang rumit antara teori dan fakta. Pemahaman populer tentang hubungan ini lebih mengaburkan daripada sekadar membuat jelas.
Pendapat populer umumnya menganggap hubungan ini sebagai lawan langsung: teori sering dibingungkan dengan spekulasi, dan dengan demikian teori tetap spekulasi sampai terbukti. Ketika bukti ini dibuat, teori menjadi kenyataan.
Fakta dianggap pasti, tanpa pertanyaan, dan maknanya menjadi jelas. Lebih jauh lagi, dalam kesalahpahaman umum, ilmu pengetahuan ini dianggap mementingkan fakta saja. Teori (spekulasi) seharusnya menjadi ranah filsuf.
Teori ilmiah, oleh karena itu, dianggap hanya himpunan fakta-fakta yang telah terakumulasi pada subjek tertentu. Bahkan fungsi ini, bagaimanapun, adalah terbatas, karena fakta dianggap muncul dengan sendirinya.
Namun, jika kita melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh para ilmuwan ketika terlibat dalam penelitian, menjadi jelas (1) bahwa teori dan fakta tidak bertentangan secara diametral, tetapi saling terkait antara satu dengan lainnya; (2) teori itu bukan spekulasi; dan (3) bahwa para ilmuwan sangat peduli dengan teori dan fakta.
Teori adalah alat sains dengan cara seperti berikut ini: (1) mendefinisikan orientasi utama sains, dengan mendefinisikan jenis data yang akan diabstraksikan; (2) ia menawarkan skema konseptual di mana fenomena yang relevan disistematisasikan, diklasifikasi dan saling terkait; (3) meringkas fakta menjadi (a) generalisasi empiris dan (b) sistem generalisasi; (4) memprediksi fakta; dan (5) menunjukkan kesenjangan dalam pengetahuan kita.
Di sisi lain, fakta-fakta juga produktif untuk teori, dengan cara-cara: (1) fakta membantu untuk memulai teori; (2) mereka mengarah pada reformulasi teori yang ada; (3) mereka menolak teori yang tidak sesuai fakta: (4) mereka mengubah fokus dan orientasi teori; dan (5) mereka mengklarifikasi dan mendefinisikan kembali teori.