Selalu ada kejenuhan dalam segala hal. Jenuh dengan makanan, jenuh dengan pekerjaan dan jenuh dengan "pasangan". Itu adalah satu kewajaran dan tanda dari kenormalan seseorang. Itu sesuatu yang manusiawi.
Aku pun jenuh dengan "pasangan" yang selama ini kadang membosankan. Faktornya tidak bisa diungkapkan mengapa demikian; yang jelas aku jenuh dengan keadaan. Aku menginginkan sesuatu yang lain untuk menambah petualangan dan tantangan.
Enam Bulan yang Lalu
Karena mengalami kejenuhan, aku mencoba untuk mencari hal-hal yang bisa dianggap membangkitkan semangat kembali. Upaya dilakukan dengan bertualang ke sana ke mari untuk mendapatkan tambatan hati.
Akhirnya aku menemukan pelabuhan kedua. Pelabuhan yang akan membuat hidup menjadi lebih berwarna. Saling berbagi ide dan gagasan sebagai sesama insan manusia. Harapan itu menemukan jawaban.
Hampir tiap hari aku tidak bisa jauh darinya. Sering kali di saat-saat yang sempit sekali pun aku berusaha untuk bisa mengunjungi dan menemuinya. Betapa bergejolak hasrat itu ketika berada di depannya. Sungguh hal itu merupakan pengalaman baru yang tidak boleh disia-siakan begitu saja.
Setiap hari aku berdiskusi dan berinteraksi dengannya tanpa ada rasa kaku dan tanpa ada rasa ragu. Kehadirannya sudah membuat diri tampil menjadi sosok yang baru. Dunia lain mulai dikenali dan dijelajahi dengan penuh hasrat dan semangat.
Namun demikian, "pasangan" lama pun tidak aku tinggalkan. Bagaimanapun yang lama adalah tonggak dalam eksistensi dan keberadaanku. Tanpa yang lama aku tidak bisa ketemu dengan yang baru. Meskipun kejenuhan merupakan pendorong utamanya, tetapi kejenuhan tersebut tidak akan muncul jika tidak ada yang lama.
Dari yang lama itulah kejenuhan muncul kemudian menemukan yang baru sebagai pelengkapnya. Sebuah dunia yang menurutku sangat menggairahkan. Dunia dengan "dua pasangan" yang saling mendukung dan mencerdaskan serta menyehatkan secara mental, intelektual dan spiritual.
Dan Kini
Selama enam bulan berjalan, ada saat-saat di mana terjadi kekosongan. Ketidakhadiran di tengah-tengah pasangan baru itu merupakan cara untuk menaikkan suhu kerinduan. Karena terlalu sering ketemu juga tidak baik karena akan memunculkan kembali kebosanan.
Namun enam bulan itu, meskipun ada saatnya kekosongan melanda kami berdua, tetapi secara keseluruhan menunjukkan performa dan peningkatan. Meskipun tidak ada yang mengucapkan selamat dan perayaan, tetapi tetap saja hal tersebut menjadi sebuah hal yang patut untuk disyukuri.
Terhitung sudah 110 kali perjumpaan secara intens dengan pasangan baru tersebut. Dan dari 110 perjumpaan tersebut, ada 19 kali perjumpaan yang sangat berkesan sehingga menjadi semacam headline berita yang membekas di hati. 19 kali perjumpaan yang sangat istimewa.
Di samping itu, selama 110 kali perjumpaan, ada sekitar 101 perjumpaan pilihan yang merupakan perjumpaan yang juga membahagiakan. Secara statistik ini menunjukkan bahwa 90% darinya merupakan peristiwa pilihan yang sangat mengesankan. Dan hanya 10% yang mungkin mengharuskan adanya perbaikan atau mungkin terabaikan. Ini hal biasa dalam kehidupan.
***
Kini, setelah "mendua cinta" dengan Kompasiana sebagai "pasangan kedua" di samping profesi utama pribadi, aku menemukan dunia tempat berinteraksi dan berbagi. Tempat yang penuh dengan apresiasi dari tiap huruf, kata dan rangkaian kalimat yang tertuang di dalam tulisan.
Terima kasih Kompasiana telah memberikan ruang publik untuk ikut berdiskusi dan menjelajah dengan berinteraksi. Interaksi secara keilmuan, interaksi secara kemanusiaan dan interaksi secara keuangan (jika bisa jadi pemenang blog competition tentunya, atau mendapat page view di atas 5000, hehe).(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H