Fokus dari ecophilosophy ini adalah masalah lingkungan sebagai sumber energi dan inspirasi bagi manusia. Sebagai sebuah sumber energi berarti manusia harus bijak dalam mengelolanya. Dan sebagai sebuah inspirasi, berarti menghormati lingkungan yang mencakup kondisi sekitar seperti lingkungan keluarga, sosial dan alam semesta.
Cara berpikir filsafat ini merupakan "protes" dari cara berpikir filsafat modern yang eksploitatif dan destruktif terhadap lingkungan. Penguasaan yang "gila-gilaan" dari cara berpikir filsafat modern dengan buah ilmu pengetahuannya menjadi salah satu keprihatinan dari ecophilosophy.
Kita bisa perhatikan sekarang ini, bagaimana penguasaan lahan dan lingkungan menjadi hanya sebatas komoditas ekonomi. Pencemaran lingkungan, pemanasan global adalah sedikit contoh dari punahnya kesadaran nilai dan kebijaksanaan dalam memandang lingkungan.
Demikian juga dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial. Manusia zaman sekarang sudah hampir menjadi "budak" dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Manusia seolah dianggap menjadi urutan kedua setelahnya. Kepedulian sosial menjadi terkalahkan oleh media sosial.
Ujaran kebencian dan berita-berita hoaks sudah menjadi polusi sosial di jagat dunia maya. Semua itu muncul dikarenakan manusia sudah mulai kehilangan cara pandang terhadap lingkungannya sebagai sesuatu yang bernilai. Kebijaksanaan di dalam mengelola lingkungan sosial sudah mulai menurun.
***
Maka menanamkan cara berpikir dalam mendudukkan alam dan lingkungan sebagai sumber energi yang harus dihargai, dihormati oleh manusia adalah misi dari ecophilosophy ini. Ini penting agar manusia tidak kehilangan nalar sehatnya dalam memanfaatkan lingkungan yang ada.
Ecophilosophy datang untuk ikut memberikan kontribusi filosofis dalam masalah ini. Misi dari ecophilosophy ini adalah dalam rangka menciptakan harmoni, keseimbangan, kebijaksanaan serta penilaian manusia sebagai pengguna lingkungan dengan lingkungan sebagai sumber energi bagi kelangsungan hidup manusia.
Bahwa lingkungan, baik lingkungan alami atau lingkungan sosial, merupakan "harta" tak ternilai harganya yang akan menopang kelangsungan kehidupan spesies manusia di alam semesta. Lingkungan dan alam sekitarnya adalah "mitra" bagi manusia bukan objek bagi manusia.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H