Lalu bagaimana dengan ide-ide yang merupakan hasil dari imajinasi liar manusia, apakah ia merupakan kebohongan? Atau ia merupakan ungkapan lain dari sesuatu yang tidak nyata?
Mengatakan ide imajinatif sebagai kebohongan adalah kesalahan dan kesesatan dalam memahami ide. Ide jujur atau bohong bukan diukur dari sudut pandang keterwakilannya dari sebuah dunia realitas yang tidak eksis. Tetapi dari tujuan dan motif ide dikeluarkan.
Novel dan cerpen merupakan ide yang keluar bukan dari sebuah realitas yang nyata ada dan eksis di dunia. Ia merupakan kreasi imajinasi manusia terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Tetapi meskipun ia tidak ada, tidak serta merta disebut sebagai sebuah kebohongan. Karena ada sisi lain yang merupakan bagian penting menilainya. Apa tujuan dari imajinasi dan kreasi tersebut?
Ide Tanpa Eksistensi dan Tanpa Realitas Nyata
Di dalam setiap peradaban, selalu ada tradisi dongeng dan cerita. Bahkan di dalam setiap agama pun ada cerita dan riwayat yang belum tentu nyata. Ia merupakan ilustrasi dan analogi di mana manusia berupaya memahami sesuatu.
Cara memahami manusia terkadang langsung atau tidak langsung. Langsung di sini berarti menarik pemahaman dari fakta yang sudah ada. Menceritakan yang sesungguhnya terjadi. Maka pernyataan menjadi wakil dari kenyataan.
Tetapi untuk memahami sesuatu yang lain, kadang manusia membutuhkan ilustrasi dan analogi yang dikreasi dalam rangkaian ide-ide yang tidak ada kaitannya dengan fakta.
Misalnya, untuk menggambarkan kecantikan wajah seseorang, kadang ungkapannya seperti ini: "engkau adalah bulan purnama di malam gelap gulita. Sinarmu menerangi hidup dan menajamkan jiwa."
Ungkapan demikian bukanlah sebuah kebohongan, tetapi ungkapan tentang sesuatu yang tidak lagi bisa diwakili oleh kata-kata yang mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya. Ide yang ada di dalamnya membutuhkan ekspresi majazi, kiasan dan analogi.
***