Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rp 10.000 Bekal Sekolah Anak Harus Pinjam, Ada Apa dengan Negeri Ini?

15 Februari 2018   07:52 Diperbarui: 15 Februari 2018   08:46 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan pendidikan dan keterampilan, anak-anak di masa depan akan memiliki peluang untuk bersaing menjadi lebih baik. Tidak dipungkiri, dengan adanya keterampilan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, seseorang bisa mendapatkan peluang pekerjaan yang lebih baik pula.

Pekerjaan lebih baik berarti pendapatan ekonomi lebih baik juga. Selain itu, dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka pola pikir juga akan semakin luas dan "berisi". Maka peluang untuk menjadi mandiri pun menjadi semakin luas.

***

10.000 perak itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan korupsi yang dilakukan oleh oknum pemimpin dan oknum wakil rakyat yang nilainya miliaran sampai triliunan. Ibaratnya setetes air di tengah lautan. Tidak ada apa-apanya.

Betapa bejat moral para koruptor itu jika membandingkannya dengan nasib dan kondisi orang desa yang untuk membekali jajan anaknya saja harus pinjam ke tetangga. Betapa rusaknya moral kemanusiaan koruptor itu, jika dana-dana yang mereka korupsi itu digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan di desa.

Desa tetaplah desa dari dulu sampai sekarang. Desa tempat tinggal orang tuaku sekarang tetap saja menjadi desa yang sama dengan desa 30 tahun yang lalu. Tingkat ekonomi warga masih saja seperti dahulu. Hanya ada perubahan perbaikan jalan dan penerangan lampu semata.

30 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Waktu yang cukup bagi pemerintah jika memang berniat mengubah nasib warga-warganya melalui berbagai bentuk program dan kegiatan di desa. Laju perekonomian memang tampak naik. Tapi itu di mana? Di kota atau di desa?

Statistik pertumbuhan ekonomi itu belum tentu menggambarkan fakta sesungguhnya. Kenaikan ekonomi itu hanya terjadi di kantong-kantong dan pusat-pusat ekonomi di kota. Di desa tetap saja demikian adanya. kemiskinan dan kemelaratan masih merata. Tetap saja tidak ada lapangan kerja yang jelas.

Baca juga: Ketika Imperatif Kategoris Mulai Terkikis

***

Negara ini darurat etika dan moral dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan yang harusnya menjadi wadah untuk mengubah pola pikir masyarakat, malah justru dinodai dan dicoreng oleh kelakuan murid dan orang tua murid yang bejat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun