Urusan agama dan keyakinan seseorang memang sangat rentan untuk dimanfaatkan dalam rangka menyudutkan pihak lain yang dianggap sebagai lawan; lawan politik terutama.
Oleh sebab itu, terlepas dari kesan intervensi Bawaslu terhadap agama seseorang terkait dengan Pilkada ini, rencana meluncurkan buku kurikulum ceramah Pilkada yang bebas SARA ini layak untuk diapresiasi.
Ini bukan dalam rangka membatasi ruang gerak keagamaan seseorang, tetapi dalam rangka menjaga agama dari penggunaan yang hanya didasarkan pada kepentingan dan penafsiran semaunya yang dikait-kaitkan dengan urusan kepemimpinan.
Semoga saja Pilkada besok berjalan tanpa adanya gesekan dan konflik yang mengatasnamakan agama. Karena agama tidak menghendaki konflik tapi menghendaki hal-hal yang baik.
***