Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Instrumentalisme Agama Menggeliat Menjelang Pilkada

8 Februari 2018   15:29 Diperbarui: 9 Februari 2018   00:11 1827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salat berjamaah (pendidikanmendows.blogspot.co.id)

Salah satu bagian dari ajaran agama (salat berjamaah) sekarang sudah dikenalkan sebagai alat untuk berkompetisi dalam meraih suara rakyat. Ini secara terang-terangan dikatakan demikian. 

Coba saja kita renungi lagi ungkapannya: "Kenapa magrib sama subuh di masjid? Kalau kamu magrib sama subuh enggak di masjid, orang-orang di masjid nanti suaranya diambil PKS semua," katanya.

Haha...Ungkapan yang kedengarannya lucu sekali. Apakah masyarakat Indonesia khususnya mereka yang beragama Islam dan melakukan salat jamaah magrib dan subuh di masjid akan serta merta memilih salah satu dari dua partai tersebut ketika melihat kader dari dua partai itu berada di masjid bersama mereka?

Tampaknya rakyat Indonesia sekarang ini sudah pada "melek sosok wakil rakyat" ketika memilih seseorang untuk memperjuangkan aspirasinya. Rakyat sudah banyak tahu tentang bagaimana kualitas dan integritas wakil-wakilnya di gedung dewan.

Maka menjadikan bagian ajaran agama sebagai upaya untuk meraih simpati pemilih dan upaya mendulang suara agar terpilih menjadi anggota dewan atau menjadi pimpinan di negeri ini, hanyalah merupakan upaya menjadikan agama seolah "menjadi opium" untuk membius pemeluknya.

Misal pun tidak mau mengatakan demikian, maka dalam praktik dan kenyataannya, hal tersebut merupakan upaya-upaya yang mirip-mirip dengan menjadikan amalan agama sebagai instrumen politik pendulang suara. Terhadap hal ini tentu saja ada yang pro dan ada yang kontra. Itu biasa...

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun