Salah satu bagian dari ajaran agama (salat berjamaah) sekarang sudah dikenalkan sebagai alat untuk berkompetisi dalam meraih suara rakyat. Ini secara terang-terangan dikatakan demikian.Â
Coba saja kita renungi lagi ungkapannya: "Kenapa magrib sama subuh di masjid? Kalau kamu magrib sama subuh enggak di masjid, orang-orang di masjid nanti suaranya diambil PKS semua," katanya.
Haha...Ungkapan yang kedengarannya lucu sekali. Apakah masyarakat Indonesia khususnya mereka yang beragama Islam dan melakukan salat jamaah magrib dan subuh di masjid akan serta merta memilih salah satu dari dua partai tersebut ketika melihat kader dari dua partai itu berada di masjid bersama mereka?
Tampaknya rakyat Indonesia sekarang ini sudah pada "melek sosok wakil rakyat" ketika memilih seseorang untuk memperjuangkan aspirasinya. Rakyat sudah banyak tahu tentang bagaimana kualitas dan integritas wakil-wakilnya di gedung dewan.
Maka menjadikan bagian ajaran agama sebagai upaya untuk meraih simpati pemilih dan upaya mendulang suara agar terpilih menjadi anggota dewan atau menjadi pimpinan di negeri ini, hanyalah merupakan upaya menjadikan agama seolah "menjadi opium" untuk membius pemeluknya.
Misal pun tidak mau mengatakan demikian, maka dalam praktik dan kenyataannya, hal tersebut merupakan upaya-upaya yang mirip-mirip dengan menjadikan amalan agama sebagai instrumen politik pendulang suara. Terhadap hal ini tentu saja ada yang pro dan ada yang kontra. Itu biasa...
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H