Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Berpikir, Maka Aku Setengah Ada

8 Februari 2018   08:52 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:52 2772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(interculturalsolutions.net)

Bukankah itu menunjukkan bahwa pemikiran mereka telah menghilangkan kenyataan di depan matanya? Bukankah karya nyata Jokowi dinafikan begitu saja oleh mereka? Begitulah akibat dari berpikir negatif dalam hal Jokowi.

Pemikiran ketiga adalah pemikiran netral; tidak mendukung dan tidak menolak. Netralitas justru lebih menandakan sikap yang tidak menguatkan keberadaan dan tidak menguatkan penafian.

Dalam pemilihan umum misalnya, netralitas pemilih adalah tidak mencoblos surat suara. Karena tidak mencoblos surat suara, maka dia tidak ada di calon A atau tidak ada di calon B.

Keputusan untuk bersikap netral ini tentunya merupakan hasil dari proses pemikiran yang telah dilaluinya. Lebih baik tidak memilih Jokowi atau Prabowo. Demikianlah pemikiran mereka yang masuk dalam kelompok yang netral.

Baik Jokowi atau Prabowo, pada masa Pemilu 2014 lalu, tidak ada di dalam pemikiran mereka. Jokowi atau Prabowo menjadi tidak masuk dan eksis dalam profil Presiden Indonesia menurut mereka.

Demikian contoh dari aktivitas kegiatan berpikir seseorang ketika memikirkan sesuatu hal. Dia "meniadakan sementara" atau "meniadakan permanen" objek pemikiran di alam nyata dengan cara meleburnya dalam pikirannya.

***

"Aku berpikir maka aku ada", hanyalah ungkapan setengah jalan untuk menuju ada yang sesungguhnya. Apa yang ada dalam pikiran tidak akan serta merta menjadi ada dalam kenyataan.

Upaya manusia mewujudkannya adalah upaya lain di luar upaya berpikirnya. Gerak badan, ayunan tangan dan langkah kaki adalah bagian dari upaya mewujudkan yang ada dalam pikiran tersebut.

Ada dalam pikiran belum tentu ada dalam kenyataan. Ada dalam kenyataan belum tentu sebelumnya ada dalam pikiran. Siapa yang pernah memikirkan keberadaan alam ini sebelum alam itu sendiri ada? Tak seorang pun.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun