Bukankah itu menunjukkan bahwa pemikiran mereka telah menghilangkan kenyataan di depan matanya? Bukankah karya nyata Jokowi dinafikan begitu saja oleh mereka? Begitulah akibat dari berpikir negatif dalam hal Jokowi.
Pemikiran ketiga adalah pemikiran netral; tidak mendukung dan tidak menolak. Netralitas justru lebih menandakan sikap yang tidak menguatkan keberadaan dan tidak menguatkan penafian.
Dalam pemilihan umum misalnya, netralitas pemilih adalah tidak mencoblos surat suara. Karena tidak mencoblos surat suara, maka dia tidak ada di calon A atau tidak ada di calon B.
Keputusan untuk bersikap netral ini tentunya merupakan hasil dari proses pemikiran yang telah dilaluinya. Lebih baik tidak memilih Jokowi atau Prabowo. Demikianlah pemikiran mereka yang masuk dalam kelompok yang netral.
Baik Jokowi atau Prabowo, pada masa Pemilu 2014 lalu, tidak ada di dalam pemikiran mereka. Jokowi atau Prabowo menjadi tidak masuk dan eksis dalam profil Presiden Indonesia menurut mereka.
Demikian contoh dari aktivitas kegiatan berpikir seseorang ketika memikirkan sesuatu hal. Dia "meniadakan sementara" atau "meniadakan permanen" objek pemikiran di alam nyata dengan cara meleburnya dalam pikirannya.
***
"Aku berpikir maka aku ada", hanyalah ungkapan setengah jalan untuk menuju ada yang sesungguhnya. Apa yang ada dalam pikiran tidak akan serta merta menjadi ada dalam kenyataan.
Upaya manusia mewujudkannya adalah upaya lain di luar upaya berpikirnya. Gerak badan, ayunan tangan dan langkah kaki adalah bagian dari upaya mewujudkan yang ada dalam pikiran tersebut.
Ada dalam pikiran belum tentu ada dalam kenyataan. Ada dalam kenyataan belum tentu sebelumnya ada dalam pikiran. Siapa yang pernah memikirkan keberadaan alam ini sebelum alam itu sendiri ada? Tak seorang pun.
***