Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghindari Menulis saat Emosi

6 Februari 2018   22:49 Diperbarui: 7 Februari 2018   09:28 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (divante.co)

Sama halnya juga ketika emosi dan rasa marah menggelora di dalam dada ketika menulis mengenai sesuatu, maka rangkaian kata-kata dan kalimat yang tertuang di atas kertas (monitor) akan memunculkan aura emosi dari penulisnya.

Sebagai orang yang tetap menjunjung tinggi persaudaraan dan kebersamaan, maka tentunya tidak diharapkan jika apa yang ditulis akan memantik "api amarah" orang lain. Api ketemu api tentu akan membuat api yang lebih besar.

Dalam dunia tulis menulis, ada istilah yang harus dihindari: print it and be damned; tulis dan beritakan dahulu, urusan belakangan. Ini prinsip yang tidak bertanggungjawab. Prinsip yang harus dijauhi agar tidak mengundang masalah baik bagi diri sendiri atau bagi orang lain.

Apalagi di zaman yang serba terbuka sekarang, apa yang dituliskan seseorang di dunia maya melalui media sosial, akan tersimpan selamanya. Berkas tulisan dan jejaknya akan bisa dibuka kapan dan di mana pun.

Siapa pun orangnya, tentunya tidak menginginkan jejak buruk tersimpan berlama-lama. Kecenderungan orang selalu ingin melupakan kejelekan yang pernah dilakukannya.

Demikian juga halnya dalam tulis menulis. Tulisan yang berisi nada-nada yang membakar emosi dan menghujat orang, rasa-rasanya ketika dibaca ulang dalam kondisi normal, mendorong kita untuk menghapusnya.

***

Tidak menulis dalam keadaan "hati panas" bukan berarti tidak boleh menulis dengan tujuan mengkritisi. Kritik terhadap sesuatu dalam rangka untuk kebaikan tentunya tidak ada yang akan membantah keabsahan dan kebenarannya.

Kritik adalah mekanisme sosial untuk saling mengontrol dan mengoreksi peranan dari setiap anggota masyarakat. Tujuannya adalah dalam rangka menjaga kondisi sosial tetap terintegrasi dan terhindar dari konflik.

Kritik dan emosi tidak harus selalu berdampingan. Emosi marah adalah cara perasaan manusia bereaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai. Dorongannya adalah meluapkan kemarahan.

Sedangkan kritik adalah cara rasional untuk menelaah dan mengevaluasi sesuatu yang dianggap kurang pas dalam pandangan yang mengkritik. Cara yang dilakukan ini tidak harus disertai dengan muatan emosi negatif seperti marah dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun