Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nostalgia Anak "Kampoeng Tempo Doeloe"

29 Januari 2018   00:20 Diperbarui: 29 Januari 2018   02:57 1937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: harianblora.com)

Permainan alamiah tersebut menjadi media bagi mereka untuk mengenal dunia tumbuhan dan hewan di sekitarnya. Permainan ini menjadi semacam pelengkap untuk pelajaran di kelas. Mereka tidak harus ke kebun binatang untuk sekedar mengenal burung, ayam, kambing, kura-kura, biawak atau apa pun binatang yang ada di kampungnya.

Hampir semua jenis permainan itu dimainkan secara bersama-sama dengan teman-temannya. Sangat jarang zaman dahulu anak-anak bermain sendirian dengan mainannya. Jika anak sekarang memainkan gawai dan media sosial, maka anak zaman dahulu memainkan "game sosial"; permainan yang tidak hanya dilakukan sendirian tetapi melibatkan teman-temannya.

Kebiasaan ini ikut juga membentuk pribadi mereka untuk menghayati hidup di dalam kenyataan yang sebenarnya. Berbeda dengan anak-anak zaman sekarang di mana mereka bersosialisasi dalam permainan itu banyak terjadi di dunia maya. Bukan di dunia nyata.

***

Bagi kita  yang pernah mengalami hidup di kampung, bisa mengerti bahwa sebagian dari apa yang kita jalani dan alami sekarang ini adalah merupakan akumulasi dari segala macam bentuk pengalaman masa lalu di kampung asal.

Saat ini, sebagian dari kita adalah hasil dari pembentukan kepribadian masa lalu di kampung. Pembentukan yang kemudian diteruskan dan disempurnakan dengan pendidikan ala perkotaan dan pengalaman yang kita alami selama ini.

Pulang ke kampung halaman amatlah menyenangkan. Menyenangkan dikarenakan bisa melihat kembali sawah tempat bermain; jalan yang dulu pernah dilalui ketika berangkat sekolah atau mengaji; pohon tempat dahulu belajar memanjat dan memetik buahnya. Yang paling penting adalah bertemu dengan orang tua yang telah susah payang membesarkan kita.

Selain itu, kita bisa bertemu dengan teman seangkatan waktu sekolah di SD atau di SMP atau teman mengaji dahulu kala. Ketika bertemu mereka, kita rasakan seperti ada perbedaan antara kita dengan mereka. Perbedaan karena bentukan pengalaman dan pendidikan. Demikian juga perbedaan yang disebabkan oleh profesi dan pekerjaan. Meski ada perbedaan dalam beberapa hal, tetapi keakraban sebagai teman tetaplah terjaga.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun