Singkatnya, dari kedua instrumen pengetahuan baik pancaindra atau pemikiran (rasio) ternyata keduanya memiliki masalah-masalah yang bisa mengakibatkan kesalahan dalam pengetahuan yang berasal dari keduanya. Masalah-masalah inilah yang membuat para filosof kemudian mengembangkan beragam teori mengenai pengetahuan yang kemudian menjadi salah satu bagian dari cabang filsafat.
Pergulatan berbagai teori pengetahuan yang berasal dari adanya anomali-anomali tersebut di atas bahkan telah mengantarkan pada sikap skeptis yang sampai pada kesimpulan bahwa mustahil manusia mampu memiliki pengetahuan yang benar-benar "benar". Sikap demikian sudah muncul sejak ratusan tahun yang lalu yang dikenal dengan skeptisisme.
Dua anomali pengetahuan di atas memberikan indikasi kepada kita bahwa hakikat pengetahuan tersebut akan terus mengalami koreksi dan peningkatan dari waktu ke waktu. Berangkat dari fondasi filosofis tersebut, adalah sebuah kebijaksanaan bagi kita untuk menyadari bahwa tiada kebenaran yang hakiki di dunia ini yang berasal dari pancaindra atau pemikiran.
Lebih-lebih ketiadaan pengetahuan mutlak ini merupakan salah satu bukti bahwa pengetahuan apa pun yang dimiliki manusia, menjadi nisbi sifatnya ketika dihadapkan pada pengetahuan Tuhan. Pengetahuan yang mutlak dan pasti benarnya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H