Dalam kalimat ini ada perubahan kata dari "kamu" menjadi "Anda". Kamu adalah sebutan keakraban antara dua orang teman. Sedangkan Anda adalah ungkapan dengan mengesankan adanya jarak. Jarak karena belum kenal, jarak karena status dan hierarki sosial atau jarak antara rakyat dan penguasa.
Perubahan kata ini seolah menyiratkan proses transformasi dan metamorfosis orang yang kita pilih. Orang yang asalnya bukan siapa-siapa dan menjadi bagian dari kita sebagai rakyat biasa. Setelah dia memenangkan pemilihan, maka berubahlah dia dari yang asalnya sekedar rakyat biasa menjadi penguasa atau wakil rakyat yang terhormat.
Meskipun pada awalnya terjalin keakraban sebagai seorang teman, tetapi ketika teman tersebut sudah menjadi seseorang yang memenangkan pemilihan, maka tetap saja ada jarak yang tercipta dari munculnya dunia baru di antara keduanya.
Yang tadinya "kamu" berubah menjadi "Anda" jika arah komunikasinya dari bawah. Kemudian dari "kamu" menjadi "saudara" ketika arah komunikasinya dari atas. Bukankah ini mencerminkan adanya jarak?
"...Adalah Mereka"
Yang terakhir inilah yang harus lebih kita waspadai. Jika frasa itu menjadi kenyataan, maka terjadilah perubahan. Perubahan dari kepercayaan, yang pernah kita berikan kepada dia sebagai "kamu" yang menjadi "Anda", menjadi kecurigaan. Karena "mereka" adalah sekelompok orang asing yang mungkin saja tidak kita ketahui yang sebenarnya.
Dia yang dulunya berteman dan dekat dengan kita sehingga kita berani mengatakan "aku bagian darimu" berubah menjadi dia yang mungkin akan melupakan kita dan kemudian bergabung dengan teman-teman atau kelompok yang mengusungnya.
Apabila "mereka" secara kebetulan adalah orang-orang atau kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, maka tidak akan menjadi masalah. Karena dengan kesamaan itu, kepentingan bisa menjadi satu. Kepentingan dari kita selaku rakyat biasa dengan kepentingan "mereka" yang merupakan jelmaan dari kepentingan rakyat juga.
Masalah akan muncul jika "mereka" adalah orang-orang atau kelompok yang sama-sama telah lupa dengan asal-usul mereka sendiri. Asal-usul yang sebenarnya harus kembali ke rakyat biasa, bukan kembali kepada penguasa yang diberi kekuasaan atau wakil yang diamanati rakyat.
Andai keadaan ini terjadi, maka lenyapnya aspirasi kita sebagai rakyat biasa yang kita titipkan beberapa bulan sebelumnya, akan mungkin saja menjadi nyata. Dia mungkin akan lupa dengan semua janji dan kesepakatan yang pernah diucapkannya di hadapan para pemilihnya. Dia kemudian asyik dengan teman-teman barunya yang sama-sama menjadi penguasa atau wakil rakyat terpilih lainnya.
Jika sekadar menjadi bagian dari mereka sebenarnya tidaklah menjadi masalah karena bagaimanapun seseorang ketika mengalami perubahan dari dunia lama dan memasuki dunia baru, maka dia akan berteman dan menjadi bagian dari mereka yang ada dalam dunia baru tersebut.