Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Politisi Atau Peternak Ayam: Renungan Pilihan Karier Mantan Panglima TNI

15 Januari 2018   17:27 Diperbarui: 15 Januari 2018   21:58 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Gatot Nurmantyo saat diwawancarai usai upacara serah terima jabatan Panglima TNI di Lapangan Upacara Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu, (9/12/2017). (Sumber: www.nasional.kompas.com)

Dari sinilah kita bisa merenungkan kenyataan melalui gelitikan ungkapan beliau di atas bahwa profesi apa pun di dunia ini hanyalah titipan dan harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Bahwa profesi apa pun itu memiliki potensi menjadikannya mulia atau menjadikannya tercela. Jadi politisi tidak serta merta akan memuliakan diri. 

Lihat saja kenyataan baru-baru ini. Seorang mantan Ketua Dewan yang terhormat, menjadi pesakitan KPK akibat tindakan yang dilakukannya selama menjabat. Sementara itu, lihatlah para pedagang kaki lima yang "tanpa kehormatan sebagai pejabat", mereka bebas sebebasnya menjalani hidup ini tanpa beban dan tanpa harus lelah mengikuti persidangan yang memalukan.

Hidup memang sebuah misteri. Apa yang pada awalnya sebagai sebuah kemuliaan, bisa dalam sekejap mata mengantarkannya menjadi sesuatu yang menghinakan. Apa yang sebelumnya menjadi bahan tertawaan orang, bisa dalam sekejap mata mengangkatnya ke takhta kemuliaan. 

Tak ada yang tahu arah kehendak Yang Maha Kuasa terhadap cerita hidup kita. Seolah tidak ada bedanya antara kehormatan seorang anggota dewan dan kehormatan pedagang kaki lima di mata manusia. Apalagi di mata Tuhan.

 Begitu pula dengan pilihan karier mantan Panglima TNI setelah pensiun nanti. Apakah beliau benar-benar mau terjun ke dunia politik untuk mempertahankan "kemuliaan dan derajat" sebagai seorang pejabat? Atau beliau akan memilih menjadi "penguasa lahan pertanian dan peternakan" seperti yang diungkapkan di atas tadi. 

Apa pun itu pilihannya, semoga saja menjadi pilihan yang terbaik bagi beliau dan akan mengantarkannya menjadi manusia yang penuh kesadaran bahwa kemuliaan bukan pada jabatan atau profesi tetapi pada kesejatian diri sebagai insan yang berbudi yang sadar bahwa kita semua adalah makhluk Ilahi Rabbi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun