Mohon tunggu...
Mahawikan Akmal
Mahawikan Akmal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tulisanku sebagai warisan abadi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemerintah Sebenarnya Niat 2T + Isolasi Nggak Sih?

3 Februari 2021   15:39 Diperbarui: 3 Februari 2021   15:57 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografik milik ig:@pandemictalks

Tercatat Positivity rate di Indonesia konsisten di atas 20% sejak awal Januari 2021 lalu. Dengan trend positivity rate yang naik dan menembus level 25%-30%, maka Indonesia mempunyai CT level 4 atau CT tertinggi yang menandakan penularan sangat tinggi.

Grafik testing dan positivity rate 10 provinsi di Indonesia per  27 Januari 2021. via: WHO situation report - 40 (Indonesia)
Grafik testing dan positivity rate 10 provinsi di Indonesia per  27 Januari 2021. via: WHO situation report - 40 (Indonesia)

Tidak hanya angka tes secara keseluruhan yang dapat kita pertanyakan. Penerapan testing juga harus merata dan sesuai dengan kebutuhan jumlah penduduk. Terlihat bahwa testing di DKI Jakarta sangat tinggi relatif terhadap testing di provinsi lainnya. Ini menandakan ketidakmerataan testing yang bisa menjadi biang bias interpretasi data. Secara nasional sudah >=1 tes/ 1000 populasi/minggu. Tapi kenyataannya jumlah itu selalu menumpuk di DKI Jakarta. Bagaimana dengan provinsi lain? Memangnya penularan terbatas di DKI saja? Buktinya positivity rate di daerah lain sangat tinggi, menandakan tingginya level transmisi penyakit.

Bagaimana dengan tracing+isolasi?

Well...., singkatnya: sangat buruk.

Problem tracing dan isolasi adalah turunan dari problem testing. Karena testing merupakan hulu dari tracing + isolasi. Tanpa testing bagaimana kita mengetahui siapa yang terinfeksi, jika tidak tahu siapa yang terinfeksi siapa yang mau ditrace dan diisolasi? Walaupun dengan jumlah testing yang rendah, performa tracing dan isolasi di Indonesia masih belum memuaskan juga kok.

Indeks RLI daerah-daerah di Indonesia per 1 Februari 2021. via: twitter @KawalCOVID19
Indeks RLI daerah-daerah di Indonesia per 1 Februari 2021. via: twitter @KawalCOVID19

Grafik di atas adalah grafik peta indeks RLI atau Rasio Lacak + Isolasi yang dibuat oleh kawalcovid19 per tanggal 1 Februari lalu. Rasio lacak + isolasi dibuat untuk menakar performa tracing (lacak) + (isolasi) melalui kuantifikasi pelacakan. Singkatnya, RLI adalah jumlah suspek/kasus yang terkonfirmasi. 

Terlihat bahwa di sebagian besar wilayah Indonesia, indeks RLI ada di warna oranye kemerahan, bahkan hitam di beberapa wilayah seperti Papua Barat dan Bali. Ini menandakan rendahnya RLI atau dengan kata lain sedikitnya orang yang dilacak.

Idealnya, pelackaan atau tracing dilakukan pada setiap orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki kontak erat, sehingga setiap kasus terkonfirmasi bisa didapatkan minimal 30 orang suspek. Setiap suspek kemudian diisolasi, diobservasi, dan dites pada hari >5 setelah kontak.

Dengan penerapan tracing yang benar, risiko penularan yang ada bisa dicegah dan rantai penularan akan terputus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun