Angka kasus COVID-19 harian di DKI kian mengkhawatirkan. Per-tanggal 21 Januari 2021, angka kasus infeksi COVID-19 di DKI Jakarta tercatat adalah sebanyak 239.226 kasus dengan kasus yang sudah sembuh sebanyak 213,570 orang, korban meninggal sebanyak 3,900 orang, dan kasus aktif sebanyak 21,756 orang.
Setidaknya 25% atau 1/4 kasus COVID-19 di Indonesia berasal dari DKI saja. Angka ini sebenarnya relevan dengan porsi tes yang dilakukan oleh DKI Jakarta. DKI Jakarta telah mengetes 2,460,182 orang, sedangkan Indonesia secara keseluruhan mengetes 5,718,753 orang. Artinya 43% tes nasional sebenarnya dilakukan di DKI Jakarta. Dengan begitu, positivity rate DKI Jakarta sendiri ada di angka 9,7%. Sedangkan, Indonesia secara keseluruhan di angka 16,6%.
Namun, ini tidak menjadi alasan kenapa angka positif bisa mencapai level yang begitu tinggi. Yaitu 239,000 kasus atau setidaknya 2.2% populasi DKI Jakarta. Artinya 1 dari 50 orang yang ada di DKI Jakarta sudah terpapar COVID-19. Angka ini adalah angka kasus yang terkonfirmasi. Bagaimana dengan angka infeksi sebenarnya?Â
Kemungkinan besar kita tidak akan pernah tahu. Tetapi, kita bisa menebak/membuat model melalui aproksimasi atau pendekatan. Bagaimana caranya?
Cukup simple sebenarnya. Pertama kita harus mengetahui IFR (Infection Fatality Rate) atau tingkat kematian infeksi COVID-19. Berapa angka IFR COVID-19?
IFR (Infection Fatality Rate) COVID-19
Apa itu IFR COVID-19 dan apa bedanya dari CFR?
IFR adalah angka yang menunjukkan berapa orang yang meninggal pasca terpapar COVID-19. Sedangkan CFR adalah angka yang menunjukkan berapa orang yang meninggal pasca terkonfirmasi terpapar COVID-19. Kata kuncinya adalah testing. Jika seseorang tidak dites, kita tidak dapat mengetahui apakah ia mengidap COVID-19 atau tidak. Makanya perhitungan IFR dilakukan dengan data seroprevalensi atau prevalensi antibodi SARS-CoV-2 (virus COVID-19) di populasi, bukan menggunakan data kasus COVID-19.