Namun, tentunya vaksin tidak bisa didistribusikan dengan kulkas-kulkas berjalan yang akan disebarkan ke puskesmas dan unit kesehatan tempat vaksinasi lainnya. Distribusi "kulkas-kulkas" ini tidak akan mudah. Apalagi jika harus menggunakan yang berbobot ratusan sampai ribuan kilogram.Â
Dibutuhkan kontainer praktis dan mudah ditransportasikan melalui jalur darat maupun udara. Timbul masalah besar saat vaksin yang disalurkan melalui transportasi darat harus menempuh jalan yang rusak dan berlubang.Â
Dikhawatirkan vaksin-vaksin ini bisa rusak di perjalanan. Padahal sudah menjadi rahasia umum bagaimana kondisi jalanan yang ada di daerah-daerah luar Jawa dan luar Jabodetabek. Bahkan, di Jakarta sendiri jalan rusak juga masih umum untuk dijumpai.
Kontainer-kontainer ini harus dibuat sesuai dengan kebutuhan. Misalnya untuk pengedaran ke daerah yang jalannya sempit, maka dibutuhkan kontainer yang praktis, portabel dan handheld atau bisa diangkat oleh tangan. Bisa juga berbentuk semacam peti portabel yang berkapasitas lebih besar daripada yang handheld.Â
Tentunya kontainer-kontainer ini akan ada karena proses pengadaan. Proses pengadaan distribusi dan logistik vaksin ini harus diperhatikan dan diawasi dengan cermat. Karena, pengadaan ini bisa menjadi lahan korupsi lainnya.
Perlu dipikirkan juga jumlah dosis vaksin yang diperlukan 1 orang untuk memperoleh antibodi SARS-CoV-2 di dalam tubuhnya. Dari uji klinis yang dilakukan, vaksin Sinovac ini disuntikkan sebanyak 2 kali kepada peserta.Â
Artinya imunisasi dilakukan dengan 2 kali tahapan penyuntikan, dengan interval waktu antar penyuntikan minimal 14 hari. Artinya, jika seluruh populasi Indonesia akan divaksinasi, butuh dosis minimal 2 x (populasi Indonesia).Â
Tentunya ratusan juta dosis vaksin ini tidak akan bergerak dengan sendirinya ke daerah-daerah. Vaksin-vaksin ini tidak akan masuk dengan sendirinya ke tubuh manusia. Dibutuhkan persiapan yang sangat matang mulai dari sumber daya manusia, hingga peralatan penunjang vaksinasi seperti jarum suntik dan lain-lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H