Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan larva, harus dilakukan sampling. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penggantian air. Sampling bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan larva, proses penjarangan bertujuan untuk menghasilkan spat yang seukuran sehingga mengurangi kompetisi dalam memperoleh makanan.
Setelah disaring, larva diletakkan pada wadah berukuran 10 liter untuk disampling. Kemudian diambil sampel sebanyak 1 ml dari wadah sampling tersebut dan dilanjutkan dengan pengamatan dibawah mikroskop. Jumlah larva yang didapat kemudian disesuaikan dengan volume sampel yang diambil. Â Selama proses pengamatan mikroskop, selain dilakukan penghitungan juga diamati apakah larva makan atau tidak.
Hal ini bisa diamati dengan melihat isi perutnya penuh atau tidak. Jika perut terisi oleh makan maka larva akan terlihat kecoklatan. Sedangkan jika bewarna bening, maka dimungkinkan larva tidak makan. Metode pengamatan proses makan atau tidaknya larva cukup efektif untuk mengetahui tingkat kesehatan larva tiram mutiara.Â
Sedangkan pemberian pakan tiram mutiara yang sudah dilepaskan di laut tidak lagi tersentuh oleh campur tangan manusia. Tiram mutiara dengan bebas mencari dan mendapatkan makanannya sendiri di laut yang biasanya berupa alga dan plankton.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Secara umum, proses pemeliharaan tiram mutiara (Pinctada Maxima) tidaklah mudah dan singkat. Proses ini memerlukan waktu yang lama serta ketelatenan dan ketelitian. Serta diperlukan kemampuan khusus dalam melakukan beberapa prosedur tertentu dalam memelihara tiram mutiara agar berkembang dengan baik.
3.2 Saran
Saran yang kami berikan pada pemerintah adalah agar budidaya tiram mutiara ini bisa diberdayakan lebih meluas di kawasan pesisir Indonesia. Pemberdayaan bisa dilakukan dengan menggandeng perusahaan swasta atau mendirikan pusat pembudidayaan tiram mutiara ini di berbagai tempat di Indonesia.