Sedangkan, menurut Airlangga kapasitasnya masih cukup. Anies mengarahkan untuk bekerja dari rumah. Sedangkan, Airlangga ngotot 50% perkantoran tetap beroperasi. Airlangga seperti bersikap denial akan kondisi kegawatan yang sedang dan akan terjadi.
Tentu perbedaan pernyataan ini sangat berbahaya.
Publik menjadi bingung
Siapa yang omongannya bisa dipegang?
Full WFH? Atau 50% tetap masuk?
Inkonsistensi?
Persepsi yang terbelah akan berkembang di masyarakat. Menenangkan publik tidak bisa dilakukan dengan cara denial. Diperlukan diseminasi kebijakan yang jelas terhadap publik. Membangun pemahaman di masyarakat bahwa kondisi yang terjadi sekarang adalah kegawatan
"Gawat", ya "Darurat"
Kalau tidak, masyarakat akan merasa aman dari covid dan kesadaran akan protokol bebas covid akan memudar. Dengan begitu penularan dan penyebaran covid akan semakin menggila. Padahal, kapasitas kesehatan sudah hampir mencapai titik kritis dan terancam kolaps.
Denial terhadap kondisi kedaruratan ini dapat berujung petaka. Karena, kapasitas kesehatan sudah kewalahan menangani kasus Covid-19 yang melonjak.
Jika penularan tidak dibatasi lewat kebijakan intervensi yang keras dan tegas, kapasitas kesehatan bisa benar-benar kolaps.