Mohon tunggu...
mahasenduro
mahasenduro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pisank Man: Drama Cinta Senduro, Revolusi Kaddabi! Bersambung...

8 Mei 2019   22:30 Diperbarui: 8 Mei 2019   22:56 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Drama Kontemporer.

Kita Cinta Senduro, Revolusi Kaddabi.

Narasi Pembukaan -

Pada suatu hari di desa Senduro 

dikaki Gunung Semeru ada seorang anak kecil yang hidup miskin di tengah kepongahan kapitalisme. Anak kecil itu bernama Kaddabi. Desa Senduro yang dulunya kaya akan kearifan lokal berubah menjadi tempat destinasi casino illegal. Penduduk sekitar sudah semakin jauh dari budaya nenek moyangnya.

Setiap hari beragam sikap menentang kebenaran dipertontonkan dengan olok-olok para pemilik modal kepada rakyat jelata. Pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan batasan untuk mengurus ijin pembangunan baru. Namun, sialnya semuanya telah terlambat. Kini, Para tokoh masyarakat senduro telah membuat berbagai gerakan perlawanan agar para kapitalis pergi meninggalkan desa senduro. Revolusi !! Revolusi !! Revolusi harga Mati !!

dok. pribadi
dok. pribadi
Pak Doni : Kalau agama sudah dikesampingkan apalagi yang bisa kita harapkan dari desa ini. Bukankah desa senduro itu dulu dikenal sebagai desa religi. Aku malu pada diriku yang tidak bisa berbuat apa-apa.

dok. pribadi
dok. pribadi
Mas Uyon : Sudahlah, sudah saatnya kita bangkit. Revolusi itu jalan terakhir jika para kapitalis itu tidak mau menuruti peraturan desa kita.

dok. pribadi
dok. pribadi
Pak Doni : Baiklah, akan aku perjuangkan apa yang menjadi hak kita, rakyat senduro harus hidup makmur kembali.

dok. pribadi
dok. pribadi
Narasi kedua.

Pak Doni adalah kepala desa yang masih aktif menjabat hingga kini. Sedangkan Mas Uyon adalah tetangganya yang bekerja di dinas sosial kabupaten Lumajang. Mas Uyon setiap bulannya selalu memberi sedekah kepada Kaddabi. Beliau sudah aktif membantu masyarakat yang kekurangan di wilayah desa senduro.

dok. pribadi
dok. pribadi
Narasi Ketiga.

Pada suatu hari kaddabi jatuh sakit. Sudah 3 hari dirinya tidak masuk sekolah. Orang tuanya menggunakan BPJS untuk membawa Kaddabi berobat di puskesmas senduro. Pak Guru dan Teman sekolah kaddabi datang untuk menjenguknya. 

Yunus : Kaddabi, gimana keadaan kamu?.

Kaddabi : Sudah agak mendingan. Kamu datang dengan siapa yunus?

Yunus : Aku tadi berlari duluan, ada 4 siswa yang ikut Pak Guru kesini.

Kaddabi : Alhamdulillah, Pak Guru juga datang ya, aku jadi tambah senang.

Pak Guru : Assalamualaikum ibu bapak..

Orang Tua Kaddabi : Walaikumsalam pak guru, silahkan masuk.

Pak Guru : Nggeh pak, maturnuwon. Kaddabi sehat nak?

Kaddabi : Alhamdulillah pak guru. Sudah agak mendingan.

dok. pribadi
dok. pribadi
(Sedang hangatnya perbincangan. Tiba-tiba dari luar puskesmas terdengar suara peluru keras yang berulang kali. Semua yang ada di dalam puskesmas panik. Para perawat memeriksa keluar ada apa yang terjadi. Ternyata segerombolan orang sedang menyegel Puskesmas. Mereka mengklaim sudah membeli puskesmas dengan sah. Bukti kwintasi pembayaran ditunjukkan untuk meyakinkan semua orang bahwa merekalah yang mempunyai hak untuk membuat keputusan. 

Ketua Gerombolan : Semua yang ada disini segera tinggalkan puskesmas ini. Cepat !! Sebelum aku berbuat kasar kepada kalian.

Pak Doni : Hentikan !! Ada apa ini !! 

Ketua Gerombolan : Sudah kamu tidak usah ikut campur pak kepala desa, diam kamu disitu !! Aku sudah sah membeli puskesmas ini.

Mas Uyon : Oke, kamu mungkin bisa membeli puskesmas ini. Tapi tolong biarkan yang sakit tetap dirawat disini. Aku khawatir keadaan mereka semakin parah. Aku mohon padamu tuan !!

Pak Guru : Aku rasa kalian kurang vitamin ya. Kalian pikir dengan membawa pistol semua akan takut. Saya tidak takut sedikit pun. Jangan kalian pikir dengan uang bisa berbuat sesuka hati kalian.

Kaddabi yang melihat ada suasana ketegangan itu turun dari kasurnya. Dirinya berjalan pelan menuju gerombolan orang itu. Sesampainya di dekat gerombolan itu, kadabbi langsung mengemut pistol itu dalam kemulutnya. Seisi ruangan menjadi hening.

Kaddabi : Tarik pelatuk pistolmu sampai habis pelurunya. Sampai kamu puas dengan nafsu keduniawianmu paman. Aku tidak takut !!

Ketua Gerombolan : Kurang Ajar !! Kubunuh kau menentangku. Hukum bisa kubeli, apalagi cuma nyawamu.

Kaddabi : Silahkan jika kalian berani !! Nyawaku murah untuk menentang kejahatan.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun