Drama Kontemporer.
Kita Cinta Senduro, Revolusi Kaddabi.
Narasi Pembukaan -
Pada suatu hari di desa SenduroÂ
dikaki Gunung Semeru ada seorang anak kecil yang hidup miskin di tengah kepongahan kapitalisme. Anak kecil itu bernama Kaddabi. Desa Senduro yang dulunya kaya akan kearifan lokal berubah menjadi tempat destinasi casino illegal. Penduduk sekitar sudah semakin jauh dari budaya nenek moyangnya.
Setiap hari beragam sikap menentang kebenaran dipertontonkan dengan olok-olok para pemilik modal kepada rakyat jelata. Pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan batasan untuk mengurus ijin pembangunan baru. Namun, sialnya semuanya telah terlambat. Kini, Para tokoh masyarakat senduro telah membuat berbagai gerakan perlawanan agar para kapitalis pergi meninggalkan desa senduro. Revolusi !! Revolusi !! Revolusi harga Mati !!
Pak Doni adalah kepala desa yang masih aktif menjabat hingga kini. Sedangkan Mas Uyon adalah tetangganya yang bekerja di dinas sosial kabupaten Lumajang. Mas Uyon setiap bulannya selalu memberi sedekah kepada Kaddabi. Beliau sudah aktif membantu masyarakat yang kekurangan di wilayah desa senduro.
Pada suatu hari kaddabi jatuh sakit. Sudah 3 hari dirinya tidak masuk sekolah. Orang tuanya menggunakan BPJS untuk membawa Kaddabi berobat di puskesmas senduro. Pak Guru dan Teman sekolah kaddabi datang untuk menjenguknya.Â
Yunus : Kaddabi, gimana keadaan kamu?.
Kaddabi : Sudah agak mendingan. Kamu datang dengan siapa yunus?
Yunus : Aku tadi berlari duluan, ada 4 siswa yang ikut Pak Guru kesini.
Kaddabi : Alhamdulillah, Pak Guru juga datang ya, aku jadi tambah senang.
Pak Guru : Assalamualaikum ibu bapak..
Orang Tua Kaddabi : Walaikumsalam pak guru, silahkan masuk.
Pak Guru : Nggeh pak, maturnuwon. Kaddabi sehat nak?
Kaddabi : Alhamdulillah pak guru. Sudah agak mendingan.
Ketua Gerombolan : Semua yang ada disini segera tinggalkan puskesmas ini. Cepat !! Sebelum aku berbuat kasar kepada kalian.
Pak Doni : Hentikan !! Ada apa ini !!Â
Ketua Gerombolan : Sudah kamu tidak usah ikut campur pak kepala desa, diam kamu disitu !! Aku sudah sah membeli puskesmas ini.
Mas Uyon : Oke, kamu mungkin bisa membeli puskesmas ini. Tapi tolong biarkan yang sakit tetap dirawat disini. Aku khawatir keadaan mereka semakin parah. Aku mohon padamu tuan !!
Pak Guru : Aku rasa kalian kurang vitamin ya. Kalian pikir dengan membawa pistol semua akan takut. Saya tidak takut sedikit pun. Jangan kalian pikir dengan uang bisa berbuat sesuka hati kalian.
Kaddabi yang melihat ada suasana ketegangan itu turun dari kasurnya. Dirinya berjalan pelan menuju gerombolan orang itu. Sesampainya di dekat gerombolan itu, kadabbi langsung mengemut pistol itu dalam kemulutnya. Seisi ruangan menjadi hening.
Kaddabi : Tarik pelatuk pistolmu sampai habis pelurunya. Sampai kamu puas dengan nafsu keduniawianmu paman. Aku tidak takut !!
Ketua Gerombolan : Kurang Ajar !! Kubunuh kau menentangku. Hukum bisa kubeli, apalagi cuma nyawamu.
Kaddabi : Silahkan jika kalian berani !! Nyawaku murah untuk menentang kejahatan.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H