"Aku takut gila beneran paman." Cemas Pisank Man dengan suara gemetaran.
"Loh... Kok gila beneran Nak?. Kan materinya disesuaikan seusiamu. Lagian juga paman lihat banyak temanmu juga ikut kursus itu. Malahan ada yang sudah lama." Papar Dr Talaz.
"Siapa Paman?." Tanya Pisank Man.
"Kemarin Paman ketemu sama orang tua Cikalan Man. Kamu kenal nak?." Bujuk rayu Dr Talaz.
"Kenal Paman. Aku jadi semangat kalau ada temannya." Jawab Pisank Man.
Hingga malam hari mereka berdua menyulam kesepahaman. Pisank Man dan Dr Talaz memiliki tanggung jawab yang sepadan. Teater model rumah tangga yang ingin saling memperbaiki kwalitas personal. Jadwal kursus teater hari pertama seminggu lagi. Pisank Man hanya memiliki kesempatan hadir sebanyak 4 kali saja selama masa libur sekolah. Meskipun dirinya tidak tahu entah seperti apa materi pelajaran yang diberikan, dirinya masih memiliki modal utama menulis puisi jika sesekali ada perintah dadakan tampil di depan peserta kursus lainnya. Berbeda dengan Cikalan Man yang memang tidak memiliki bakat seni. Keraguannya mengikuti kursus teater semakin menipis. Paling tidak masih ada IQ yang masih dibawahnya itu sudah melegakan. Pisank Man tidak berfikir sedikit pun jika setiap manusia bisa berubah sekejap mata. Padahal Cikalan Man saat ini sedang mempersiapkan diri untuk ikut kursus teater dengan mumpuni. Dirinya belajar origami menggunakan media kardus bekas secara otodidak. Kardus mie instan telah mudah dia bentuk menjadi beragam karya seni. Itu sebabnya dia ingin ikut teater hanya menjadi dekorator panggung, bukan sebagai pemain peran. Di Sekolah, ruang untuk mengexplorasi bakat origami kardus tidak difasilitasi, sebab itu Cikalan Man tidak begitu bersemangat. Dengan adanya kursus teater ini, ada keinginannya tampil menjadi murid berprestasi. Jadi kenakalan murid bisa saja terjadi bukan karena murid bodoh, melainkan sebab lain semisal kurang perhatian dari pihak sekolah. Perhatian asal katanya yaitu hati. Inti berdirinya sekolah sejak zaman kemerdekaan harus menjadi tempat yang baik untuk menguatkan hati, menumbuhkan hati, dan mengobati hati.Â
Waktu kursus telah tiba. Pisank Man datang terlambat. Semua peserta kursus teater sudah selesai memperkenalkan diri. Cikalan Man malah terlebih dahulu selesai daripada yang lain.
"Maaf pak guru saya terlambat." Nada ngos-ngosan Pisank Man.
"Oh ya, sini langsung perkenalkan dirimu." Pinta Pak Guru teater.
"Nama saya Pisank Man, udah gitu saja." Sapa Pisank Man.
Peserta lainnya tampak tidak begitu menghiraukan siapa yang berbicara di depan. Cikalan Man memanggil Pisank Man untuk berada di sampingnya. Ruang  belajar kursus teater itu tidak ada bangku, semua murid duduk bersila diatas karpet. Jendela ruangan juga nampak kotor tidak terawat. Pisank Man memiliki rencana hari pertama ini untuk membersihkan ruangan agar semua murid semakin nyaman belajar.