Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Huru-hara FA (Ada Apa dengan Kompasiana?)

5 April 2010   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:58 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan FA, begitu juga dengan kompasianer lain, adalah kelompok arus bawah baik di kompasiana maupun di negeri ini. Tidak layak saling berseteru, mencaci-maki, saling tuduh mengatakan penjilat penguasa atau apalah namanya, saling dendam, dan sebagainya, apalagi masih dalam satu rumah. Toh yang menikmati hanya kalangan elit saja. Meski terlihat ‘berseteru di depan televisi, saat duduk manis di kafe-kafe mereka tertawa seolah tidak peduli terhadap goncangan di arus bawah (menilik kisruh kasus Bank Century).

Dulu waktu heboh Federasi Timur Raya (FTR) dan sempat memberi goncangan hebat di kompasiana, saya sama-sekali tidak bereaksi. Saya hanya senyum simpul menyaksikan debat kusir antara FA sebagai penggagas FTR dengan rekan-rekan kompasianer.

Alasan saya tidak bereaksi bukan karena saya tidak cinta terhadap NKRI yang hendak ditinjau ulang oleh FTR. Saya sadar, FTR di kompasiana adalah ibarat seekor semut yang menggigit dinosaurus. Ada tapi tidak akan berdampak apa-apa terhadap eksistensi NKRI. Logikanya, berapa sih yang tahu kompasiana? 17 ribu pengguna internet? 25 ribu? Tanpa ada blow-up dari media, saya kira FTR hanya lah pepesan kosong yang tidak memiliki efek apa-apa. Jadi, untuk apa ditanggapi. Hanya buang-buang waktu dan pulsa bandwitch saja, lebih baik saya gunakan energi positif untuk menulis artikel yang bermanfaat. Waktu itu saya malah menulis trafik kompasiana pasca heboh FTR.

Pada akhirnya akun FTR ditutup. Saya setuju dan tetap tidak bereaksi. Selesai urusan.

Lain halnya jika admin sudah berbicara etika di rumahnya. Itu adalah hak mereka dan saya kira wajar. Sebagai tamu, kita harus tunduk patuh terhadap tata-tertib yang telah digariskan tuan rumah. Tapi, ada tapinya.

Saya cari di tag Tata Tertib (lihat) sama-sekali tidak ada pernyataan yang menyebutkan pelarangan menghujat dan mengkritik pemilik blog kompasiana. Bahkan pelarangan menghujat kepala negara dan person penyelenggara pemerintahan juga tidak diatur. Artinya, sah-sah saja kita mau menulis apa pun meski menghujat presiden, wakil presiden, menteri, gubernur, dan pejabat-pejabat lainnya. Saya sendiri sering mengulas kebejatan pejabat dan tindak korupnya, tentu dengan data dan fakta yang saya kumpulkan. Bukan berdasar imajinasi dan tuduhan-tuduhan tanpa bukti.

[caption id="attachment_111373" align="alignleft" width="300" caption="Slogan situs Faizal Assegaf (visibaru.com)"][/caption]

Itulah ironi yang saya temukan dan ingin saya tanyakan. Mengapa mengujat dan memfitnah kepala negara diperbolehkan, namun sekedar mengkritik kepala kompasiana saja dilarang dan diberi sanksi tegas (pembekuan dan penutupan akun).

Pada awalnya, penjelasan Kang Pepih cukup membuat saya paham. Tapi, sanggahan Bang Ical langsung meruntuhkan kepercayaan saya akan bahasan etika dan moral dasar yang masih hangat dikemukakan admin kompasiana. Entah mana yang benar. Entah menurut pendapat Anda masing-masing.

Wallahua’lam.

Catatan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun