Mohon tunggu...
MAHAR
MAHAR Mohon Tunggu... -

Jajaka Bandung yang masih berharap bisa melihat lipatan pelangi kembar, masih memendam cahaya bintang jatuh, dan masih suka kepo-in serbuk bunga dandelion yang terbawa angin,,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menjadi LGBT yang Baik dan Benar

13 Februari 2016   12:28 Diperbarui: 14 Februari 2016   16:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa bilang menjadi LGBT itu mudah? Kata siapa? 

 

Well,, ngomongin LGBT,, sekarang lagi rame dan rame lagi yah... Seanalisis sotoy saya, komunitas ini mulai berani menyuarakan haknya, ketika undang-undang perkawinan sesama jenis kelamin di Mamarika sana disahkan. Ya, bisa dikatakan belum lama ini laaah. Tiba-tiba euforia sana sini terjadi. Adapun orang-orang yang dulunya 'bersembunyi' di dalam tanah, tetiba keluar dan memekik dengan sesendu-sendunya, Tolong, sahkan juga aturan itu di negeri ini, duhai anggota dewan yang terhormat!

Memang ada-ada aja kelakuan mereka ini. Saya sih gak ngebayangin, kalau disahkan, dalam satu keluarga ada bapak dan ayah-ayahan. Atau bunda dan ibu-ibuan.. Apalagi ketika adegan mesra-mesraan dalam sebuah kamar. Yang brewok bilang sayang dan dibalas, apa sayang, oleh yang berjakun.. Dengan suara yang sama-sama sember.. whoaaaa.. Geli gak sih??

Kendati demikian, mereka masih berwujud manusia, loh. Saya pun tak setuju klo keberadaan mereka di-bully, hanya karena masih seperti itu. Saya tuh kayak pengen coba memahami perasaan mereka. hehe Baik kan? Gini, kata temenku yang sering banyak begaol dengan yang begituan, menjelaskan, bahwa ternyata banyak faktor yang membuat seseorang menjadi mehong, lesbong, bencong, transgendong...

Katanya, mereka gitu bisa karena dari kecilnya salah asuh. Misalkan bapaknya ingin anak laki-laki, eh yang lahir perempuan. Karena gak bersyukur, akhirnya dipakein pakaian perempuan. Diperlakukan sebagaimana mendidik anak perempuan. Dikasih bedak, bibirnya dilipstikin, dipakein bando plus pita jepang berwarna pink. Karenanya, tumbuhlah bibit-bibit keperempuanan. Jalannya gemulai, ngomongnya kemayu. Lebih seneng dipanggil cantik daripada ganteng. Suka marah dipanggil Mas pengennya Miss. hehe

Betul gak, nih? Ya setidaknya demikianlah yang dijabarkan sama temenku yang sering begaol dengan kaum seperti itu. Ya kalau salah dan gak sesuai, jangan salahin saya.. Da saya mah apa atuh.

Terus temen aku juga cerita, ada juga kasus yang kayak gini. Kasus skandal percintaan. Misalkan ada cewek bernama A, suka sama cowok berinisial B. Terus pacaran, terus bobogohan, terus jadian.. tapi putus pas lagi sayang-sayangnya.. beuh,, itu jleb sejleb-jlebnya..

Lalu dengan penuh amarah yang tak tertahankan, si-A tiba-tiba berasumsi semua cowok brengsek dan dia memilih jadi lesbong. Ya, walaupun gak sesederhana gitu. Tapi kebanyakan gitu. 

Jujur sih, sebagai manusia yang bernurani, saya kasian ke mereka. Udah mah gitu, mereka gak diterima masyarakat. Jujur kasihan dan menyayangkan mengapa mereka memilih jalan gituan. Padahal banyak jalan menuju Roma.

 

Menjadi LGBT yang Baik dan Benar

Karenanya, saya pengen ngasih solusi. Dan panduan menjadi LGBT yang baik dan benar, agar masyarakat juga bisa menerima mereka sepenuh hati. Karena saya paham menjadi LGBT di bumi ini gak mudah. Kata siapa menjadi lgbt itu mudah? Kata siapa? Kalau gak percaya, sok we jadi lgbt.. buat cowok, cobain sayang-sayangan ama yang suaranya sember.. :p

Sebelum kita lanjut, penting banget nih buat tahu dulu maksud dari kata baik dan benar yang jadi judul tulisan ini. Kira-kira, menurut temen-temen apa nih yang kebayang soal baik dan benar? Klo saya sih yang langsung terbayang adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya inget waktu belajar, guru selalu bilang gitu. Karena kita tinggal di Indonesia, kita dituntut untuk berbahasa ‘ibu’ yang baik dan benar. Patokan baik dan benarnya apa? Kalau dalam bahasa Indonesia ya kamus itu sendiri atau sesuai EYD, dan lain-lain. atau sederhananya, bukan bahasa alay.

Pun untuk menjadi LGBT yang baik dan benar. Rasa-rasanya perlu tahu dulu nih patokan baik dan benarnya menurut apa atau siapa? Mungkin kalau baik masih bisa kita cerna yah. Misalkan dia orang yang dermawan, jujur, tidak sombong, dan rajin menabung. Fine, kita sebut orang-orang LGBT yang demikian sebagai orang yang baik. Tapi yang benar bagaimana? Mereka yang hidup sesuai kitab LGBT? haha emang ada?

Nah, klo blum ada, saya mau nawarin solusi nih, agar kehidupan LGBT bukan hanya baik, tapi juga benar. Sebagaimana KBBI yang bisa dipakai semua orang indonesia, saya mau nawarin pedoman dasar kehidupan dengan Al Qur’an. eits, tunggu. Kitab suci yang satu ini bukan cuma untuk umat Islam. Dikatakan dalam kitab ini sendiri, ia petunjuk hidup untuk seluruh manusia. Ya, kalau yang LGBT ini merasa diri adalah manusia. Bisa kali pake standar yang ini.

Nah klo setuju, yuk lanjut ke panduannya.. cekidot

Panduan pertama, niat. Uh ini penting banget. Kata ibu aku, semua perbuatan bernilai pahala kalau diniatkan untuk ibadah. Walaupun sama-sama makan, misalnya, kalau niatnya ibadah bisa jadi ibadah dan berpahala.

Nah, yang lgbt juga gitu. Menjadi lgbt yang baik dan benar pertama harus diawali niat. Niat apa? Yah niat menjadi lgbt yang baik dan benar. Baik kata siapa? Benar kata siapa? Ya baik dan benar menurut yang Menciptakan. Loh, emang Allah menciptakan LGBT? Tenang dulu Tong, loe loe harus percaya, bahwa Tuhan tidak pernah gagal dalam menciptakan makhlukNya. Artinya, klo LGBT adalah produk kegagalan, maka LGBT itu bukan ciptaan Tuhan. Gak bisa kita mengistilahkan ini semua dengan alibi fitrah. Makanya kalau mau jadi LGBT yang baik dan benar, niatin buat berubah. Jangan lagi mau jadi produk gagal. Produk sampah yang menjadi penyakit masyarakat.

Kedua, banyak ibadah dan amal soleh. Udah tadi berniat terus sibukan diri dengan ibadah kepada Allah. bisa istigfar, bisa shalat, bisa ngaji. Ah, banyaklah. Sibukan diri juga dengan mencari lebih dalam ilmu-ilmu Allah. karena ilmu Allah itu mencerahkan dan menjadi solusi kehidupan.

Terus ketiga, berteman dengan yang normal. Pertemanan dengan yang normal setidaknya membuat sifat ke-lgbt-an itu bisa cepat move on. Percayalah. Keempat, berdoa. Berdoa untuk dijauhkan mindset sampah itu. Jangan mau kembali lagi ke dunia lgbt.

Hehe.. Gimana sampai sini, mau gak jadi LGBT yang baik dan benar? Mau yah.. mau yah... demi kebaikan kamu.. iya kamu.. (Dodit_mode on)

Well, boleh sepakat atau tidak. Terserah. Mau mencibir atau berkomentar nyinyir. Mangga. Hanya, satu hal yang harus kita sama-sama tahu. Konsep hidup menjadi LGBT adalah satu konsep hidup yang menjijikan. Inget, LGBT-nya yah bukan orangnya. Bagaimana dengan entengnya, baik yang pro atau yang mengidap LGBT, dengan mudahnya bersuara penyimpangan yang dirasakan itu sebuah fitrah. Tanpa kalian mengerti arti fitrah itu sendiri. Sebagaimana analisis sotoy yang saya tulis di muka, begitulah pandangan Tuhan pada Anda yang pro dan LGBT.

Kalian bilang, kalian ingin dimengerti. Tapi kalian tak mau membuka hati. Di sinilah titik kesalahannya. Kalian maunya memperjuangkan ideologi sampah untuk didaur ulang dan dipakai banyak orang. Dan menafikan garis hidup yang  mewujud di hadapan kalian. Tak mau terbuka, bahwa sampah yang satu itu, adalah sampah yang tidak bermanfaat dan hanya ada penyakit di dalamnya. Kalian tahu itu, tapi kadung anclum. Itu kesalahan keduanya.

Intinya, untuk terwujud kehidupan yang damai dan adil. Terlepas dari hukuman Tuhan. Gak ada solusi lain selain berubah menjadi yang normal. Memang tidak sesimpel itu, tapi cobalah, sebagaimana mencoba memperjuangkan hak asasi ke-LGBT-anmu. Sudah saatnya untuk kamu yang mengidap LGBT, jadilah LGBT yang baik dan benar. Dengan berubah normal, sebelum Tuhan melakukan apa yang telah Ia lakukan pada nenek moyang pengusung ide LGBT ini. []

 

Peru, 12/02/2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun