Well, boleh sepakat atau tidak. Terserah. Mau mencibir atau berkomentar nyinyir. Mangga. Hanya, satu hal yang harus kita sama-sama tahu. Konsep hidup menjadi LGBT adalah satu konsep hidup yang menjijikan. Inget, LGBT-nya yah bukan orangnya. Bagaimana dengan entengnya, baik yang pro atau yang mengidap LGBT, dengan mudahnya bersuara penyimpangan yang dirasakan itu sebuah fitrah. Tanpa kalian mengerti arti fitrah itu sendiri. Sebagaimana analisis sotoy yang saya tulis di muka, begitulah pandangan Tuhan pada Anda yang pro dan LGBT.
Kalian bilang, kalian ingin dimengerti. Tapi kalian tak mau membuka hati. Di sinilah titik kesalahannya. Kalian maunya memperjuangkan ideologi sampah untuk didaur ulang dan dipakai banyak orang. Dan menafikan garis hidup yang  mewujud di hadapan kalian. Tak mau terbuka, bahwa sampah yang satu itu, adalah sampah yang tidak bermanfaat dan hanya ada penyakit di dalamnya. Kalian tahu itu, tapi kadung anclum. Itu kesalahan keduanya.
Intinya, untuk terwujud kehidupan yang damai dan adil. Terlepas dari hukuman Tuhan. Gak ada solusi lain selain berubah menjadi yang normal. Memang tidak sesimpel itu, tapi cobalah, sebagaimana mencoba memperjuangkan hak asasi ke-LGBT-anmu. Sudah saatnya untuk kamu yang mengidap LGBT, jadilah LGBT yang baik dan benar. Dengan berubah normal, sebelum Tuhan melakukan apa yang telah Ia lakukan pada nenek moyang pengusung ide LGBT ini. []
Â
Peru, 12/02/2015