Hey kamu
Ya, kamu yang disana
Yang duduk dikursi jati besar dengan perut yang besar pula
Bisakah kau keluar dari gedung hijau di Senayan itu
Dan melongok ke Pasar Palmerah yang letaknya tidak jauh
Dengar keluh kesah rakyatmu
Â
Hey kamu
Ya, kamu yang duduk di meja kantor
Di lantai yang paling atas
Dengan sekretaris yang cantik rupawan
Bisakah kau turun satu lantai saja
Dan melongok kepada bilik-bilik tempat kacungmu bekerja
Dengar keluh kesah mereka
Â
Hey kamu
Ya, kamu yang berdandan necis
Di mobil mewah seharga milyaran
Dengan anak yang diurus bukan olehmu, tapi oleh pembantumu
Bisakah kau berhenti pergi ke salon, pergi belanja, dan berhenti jalan-jalan
Dan bermain dengan buah hatimu
Dengar keluh kesah anakmu
Â
Hey Kamu
Ya, kamu yang didalam mobil
Di mobil kredit
Demi gengsi
Aku tak tahu berapa gajimu, tapi
Naik kereta sajalah kau
Dengar obrolan para penumpang kereta
Â
Hey Kamu
Ya, kamu yang sedang berada di Cisarua sana
Di Villa yang megah dengan selingkuhanmu
Bisakah kau rasakan bagaimana perasaan anak istrimu
ketika tahu bahwa kau adalah lelaki brengsek
Â
Hey Kamu
Ya, kamu yang pecicilan naik motor
Aku tak peduli kamu orang kaya atau bukan
Bisakah kau patuh pada peraturan
Jalan kaki saja kau
Â
Hey Kamu
Ya, kamu yang katanya pemuka agama
Aku tak peduli apa motifmu
Bisakah kau diam dan tunjukkan kami sesuatu yang hakiki
Copot saja sorban itu
Â
Hey Kamu,
Ya, kamu yang punya stasiun televisi
Aku tak tahu, apa partaimu
Bisakah kau tunjukkan kami tontonan yang layak
Bagi anak-anak kami
Tutup saja stasiun televisinya
Â
Kamu, ya, kamu.
Dan sederet kamu-kamu lainnya
Pikirkanlah.
Â
Serpong, 21 Agustus 2015. 08.37 WIB
Mahasiswa Tingkat Dua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H