Banyak pemain bola hebat yang pernah bermain di lapangan hijau. Mereka bermain di klub-klub papan atas Eropa dan merasakan kompetisi Liga Champions. Namun, meskipun telah bermain di level tertinggi sepakbola, mereka tidak atau kurang diminati tim nasional negara mereka. Salah satu sebabnya adalah banyaknya pemain berkualitas di negara mereka yang memiliki posisi yang sama dengan mereka. Berikut sederet pesepakbola hebat yang minim bermain di timnas bahkan tidak dipanggil sama sekali.
1. Giovanne Elber
Kalau Anda menyaksikan sepakbola di era 90an akhir dan awal 2000an, Anda tidak akan asing dengan nama yang satu ini. Dia salah satu punggawa kunci Bayern Munchen memenangkan gelar Liga Champions musim 2000/2001. Selama enam musim membela The Bavarians, Elber total membukukan 139 gol dari 266 penampilan. Ia sekali menjadi top skor Bundesliga di musim 2002/2003. Empat titel Bundesliga dan tiga titel DFB Pokal pernah dirasakannya.
Malang bagi Elber, meskipun mencatatkan statistik yang baik di klub, ia kurang diminati pelatih timnas Brazil. Masalahnya, di era tersebut Brazil memiliki segudang pemain hebat. Di posisi striker, Elber harus bersaing dengan Luis Ronaldo, Rivaldo, Amoroso, dan mungkin Ronaldinho. Elber hanya bermain 15 kali untuk timnas Brazil dan mencetak 7 gol dan tidak pernah dipanggil pelatih untuk kompetisi akbar semisal Piala Dunia dan Copa America.
2. Mario Jardel
Mario Jardel memiliki nasib yang mirip dengan seangkatannya, Giovane Elber. Ia hanya hidup di waktu yang tidak tepat, harus bersaing dengan nama besar seperti Ronaldo, Rivaldo, dan Ronaldinho. Padahal jika melihat penampilannya, ia layak masuk skuad utama untuk Copa America 1999 dan Piala Dunia 2002.
Jardel telah mencetak lebih dari 200 gol sepanjang karirnya sebagai pesepakbola professional. Musim tergilanya ketika Jardel bermain untuk Porto selama empat musim (1996-2000). Selama empat musim tersebut, Jardel selalu meraih gelar sepatu emas Liga Portugal. Di Liga ia mencetak 129 gol dari 125 penampilan.
Pemain kelahiran Portaleza, Brazil, tahun 1973 ini kemudian pindah ke Liga Turki bergabung dengan Galatasaray. Meskipun hanya semusim, Jardel sukses membawa Galatasaray menjuarai Piala UEFA mengalahkan Arsenal di final lewat adu penalti.
Jardel kembali ke Liga Portugal setelah semusim di Galatasaray, untuk bergabung dengan Sporting Lisbon, musuh klub yang ia bela sebelumnya. Hebatnya lagi di musim perdananya bersama Sporting Lisbon, Jardel sukses menjuarai Liga Portugal dan Piala Portugal sekaligus mencatatkan namanya sebagai Top Skor dengan 42 gol dari 32 penampilan. Torehan gol tersebut membawanya meraih Golden Boot Eropa untuk kedua kalinya. Sebelumnya ia telah raih ketika berseragam Porto.
Akan tetapi, meskipun sejumlah gelar dan prestari individu di Eropa telah diraih, Mario Jardel tidak diminati pelatih Brazil ketika itu. Ia hanya dipanggil untuk kompetisi Copa America 2001. Itupun Brazil gagal di Perempat final karena kalah dari Honduras. Dan Jardel tidak mencetak satu bijipun gol. Bersama timnas Brazil, Jardel hanya bermain sebanyak 10 kali dan mencetak satu gol saja. Miris.
3. Mikel Arteta
Pelatih Arsenal ini merupakan alumni akademi sepakbola terkenal, La Masia. Namun, ia tidak pernah mencicipi bermain di tim senior Barcelona. Arteta justru mulai dikenal publik sepakbola ketika bermain di Liga Primer Inggris bersama Everton.
Arteta menjadi bagian penting dari skuad Everton asuhan David Moyes periode 2004 sampai 2011. Ia juga sempat menjadi kapten untuk tim berjuluk The Toffees tersebut. Pencapaian tertinggi Arteta bersama Everton adalah membawa Everton duduk di posisi keempat Liga Inggris musim 2004-2005.
Setelah tujuh musim berseragam Everton, Arteta hengkang ke Arsenal. Di Arsenal ia menjadi legenda. Bersama nama-nama besar seperti Mesut Ozil, Santi Cazorla, Alexis Sanchez, Olivier Giroud, dan Petr Cech sukses memberikan dua gelar Piala FA dan dua gelar Community Shield bagi tim Meriam London.
Sayangnya, Arteta tidak pernah dipanggil tim senior Spanyol. Timnas Spanyol ketika itu memang diisi dengan pemain tengah berkualitas seperti Xavi, Iniesta, David Silva, Santi Cazorla, Sergio Busquest, dan Cesc Fabregas. Jadi sulit untuk Arteta mendapatkan satu tempat di skuad Matador.
4. Gabi
Selain Arteta, ada Gabi yang tidak pernah merasakan bermain untuk timnas Spanyol padahal selalu menjadi andalan di klub bahkan memegang ban kapten. Dia adalah Gabriel Luis Fernandez Arenas atau dikenal dengan "Gabi". Gabi adalah bagian penting dari Atletico Madrid meraih gelar La Liga musim 2013-2014, Copa del Rey 2012-2013, dua kali UEFA cup dan dua kali menjadi finalis Liga Champions.
Sama seperti Arteta, Gabi tidak pernah dipanggil timnas Spanyol. Ia harus bersaing dengan nama-nama besar seperti Xavi, Iniesta, Busquest, Fabregas, dan David Silva.
5. Mauro Icardi
Mauro Icardi melegenda bersama Inter Milan. Ia adalah pemain penting di masa-masa keterpurukan Inter pasca meraih treble 2009-2010. Selama enam musim berseragama biru-hitam, Icardi memang tidak memberikan satupun gelar bagi klub, tapi ia sukses meraih dua gelar top skor Serie-A dan dua kali pemain terbaik Serie-A.
Selama bermain di Inter, Icardi membukukan total 124 gol. Torehan gol tersebut melampaui gol legenda Inter, Christian Vieri dan Ronaldo Luis.
Hengkang dari Inter, Icardi bergabung bersama raksasa Prancis, PSG. Namun kedatangan Lionel Messi membuat Icardi kehilangan tempat di skuad utama. Ia kemudian hengkang ke Turki bergabung bersama Galatasaray. Musim 2023-2024 lalu Icardi sukses membawa Galatasaray menjuarai Liga Turki sekaligus menjadi top skor Liga dengan 25 gol.
Meskipun sering menjadi top skor di klub yang ia bela, Icardi tetap tidak bisa menggeser Lionel Messi dari skuad utama Argentina. Selain Messi, Icardi harus bersaing dengan Gonzalo Higuain, Sergio Aguero, dan Paulo Dybala. Belakangan, setelah Higuain dan Aguero pensiunpun, ia tetap tak mampu menembus skuad Argentina yang sekarang diisi oleh Lautaro Martinez dan bintang muda Julian Alvarez.
Sampai saat ini, Icardi hanya bermain sebanyak delapan kali untuk Argentina dan mencetak sebiji gol. Malangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H