Mohon tunggu...
Jarot Mahardika
Jarot Mahardika Mohon Tunggu... Lainnya - Terus belajar

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit

22 Januari 2014   10:36 Diperbarui: 15 Januari 2021   15:41 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ini namanya cap jempol, sama dengan tanda tangan.” Lanjut Kak Sela. Aku tersenyum senang. Kemudian Kak Sela memasukkan surat dan foto itu ke dalam amplop lalu mengelemnya.

“Awan, nama lengkap Ayah siapa? Biar kak Sela tuliskan di amplop.”

“Satria Dirgantara.” Aku senang sekali menyebut nama Ayahku karena Aku hapal nama Ayahku.

“Bagaimana surat ini bisa sampai ke Ayah, kak?” katAku.

“Biasanya kalau mengirim surat harus lewat pos, tapi petugas pos tidak mengantar surat sampai ke langit.” kata Kak Sela. Lalu Aku bersedih.

“Begini saja, biar kak Sela titip suratnya ke Ayah kak Sela. Ayah kak Sela juga sering terbang ke langit, mungkin bisa dititipkan.” Mendengar jawabannya Aku kembali senang.

Pada saat makan malam Aku ceritakan pada Ibu kalau Aku mengirim surat untuk Ayah. Aku juga menceritakan isi suratku. Ibu tersenyum dan bibirnya bergetar lalu matanya berkaca-kaca sebelum akhirnya memelukku erat sekali.

“Apa Ayah akan membalas surat Awan, Ibu?”

Ibu diam lalu pelan-pelan mengangguk. Kata Ibuku berdoa saja agar suratku dibalas, tapi juga jangan kecewa kalau suratku tak dibalas karena Ayah sangat sIbuk disana. Aku hanya diam saja.

Setelah makan Ibu bercerita. Kini Ibulah yang bercerita setiap malam. Ibu bercerita tentang Ayah, tentang kehebatan-kehebatan Ayah. Lalu Aku bertanya, kenapa harus Ayah yang bertugas di langit? Kata Ibuku hanya oranag hebat yang bisa bertugas di langit, dan Ayah adalah orang hebat. Lalu Aku bertanya, apa Ayah juga punya kantor yang nyaman seperti disini, dilangit kan sering hujan kasian Ayah. Kata Ibuku Ayah juga punya kantor di langit, jadi jangan khawatir. Ibu terus bercerita sampai Aku tertidur.

Aku terjaga ketika wajahku terasa basah oleh air yang hangat. Aku hanya bermimpi. Aku merasa Ibu sedang menciumi Aku. Samar Aku mendengar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun