Mohon tunggu...
Maharany Bakkara
Maharany Bakkara Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Profesi Pendidikan Guru GEL-1 2024

Saya sekarang sedang menjalani perkuliahan profesi pendidikan guru (PPG), saya prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), saya suka mebaca dan menulis, sukan bernyanyi dan mendengarkan musik, dan juga menonton.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

18 Februari 2024   22:59 Diperbarui: 18 Februari 2024   23:01 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulan

Pendidikan merupakan suatu cara perkembangan diri setiap individu, Pendidikan adalah proses yang terstruktur dan sistematis yang bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, nilai, dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara umum, pendidikan mencakup pengajaran dan pembelajaran di berbagai tingkatan, mulai dari pendidikan formal di sekolah, perguruan tinggi, dan universitas, hingga pendidikan non-formal seperti pelatihan kerja dan kursus-kursus komunitas. Tujuan utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan individu agar dapat berfungsi secara efektif dalam masyarakat, mengembangkan potensi mereka dan membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif dan bertanggung jawab.

Seiring berjalannya waktu dan massa tujuan pendidikan dikalangan sebagian orang tidak lagi teresensi pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa namun mulai bergeser menuju pendidikan adalah suatu yang wajib untuk mendapatkan hasil akhir yakni ijazah. Maka dari itu pendidikan Ki Hajar Dewantara menawarkan salah satu solusi terhadap penyimpangan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Menurut Ki Hajar Dewantara, hakikat pendidikan ialah sebagai usaha untuk penghayatan nilai budaya ke dalam diri peserta didik, sehingga peserta didik menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat pendidikannya pun juga disebut juga dengan pendidikan filsafat among untuk mengatasi problematika yang dihadapi dengan menyajikan kebebesan dalam berpikir seluasluasnya yang kemudian dipadukan dengan pemikiran kebudayaan. Konsep filsafat pendidikan yang ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah menggunakan kebudayaan asli indonesia namun Ki Hajar Dewantara juga menagdopsi nilai nilai barat secara selektif adaptif sesuai dengan teori trikon (kontiunitas, konvergen, dan konsentris).

Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan indonesia adalah penerapan trilogi kepemimpinan dalam pendidikan tri pusat pendidikan dan sistem paguron. Didalam pendidikan indonesia sendiri memakai semboyan yang berasal dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani yang maknanya didepan menjadi seorang teladan, ditengah harus menjaga kestabilan dan dibelakang harus bisa memberikan dukungan dan motivasi.

Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan ( masa kolonial)

Sebelum Indonesia meraih kemerdekaannya pada tahun 1945, pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemerintah kolonial Belanda yang memerintah wilayah tersebut selama berabad-abad. Berikut adalah beberapa ciri utama pendidikan di Indonesia pada masa kolonial:

1. Pendidikan Terbatas untuk Golongan Tertentu : Di bawah pemerintahan kolonial Belanda, pendidikan hanya tersedia untuk kalangan tertentu, terutama mereka yang berasal dari kalangan bangsawan, priyayi (pejabat pribumi), atau kalangan Eropa. Pendidikan bagi masyarakat pribumi pada umumnya sangat terbatas dan tidak mendapatkan akses yang sama dengan penduduk Eropa atau pribumi yang lebih berada.

2. Sistem Sekolah Eropa dan Sekolah Pribumi: Pendidikan pada masa kolonial terbagi menjadi dua sistem, yaitu sistem sekolah Eropa (Europeesche Lagere School) dan sistem sekolah pribumi (Inlandsche School). Sekolah Eropa ditujukan untuk anak-anak bangsawan Belanda dan Eropa, sedangkan sekolah pribumi ditujukan untuk anak-anak pribumi. Kedua sistem ini memiliki kurikulum yang berbeda dan tingkat pendidikan yang tidak seimbang.

3. Pendidikan untuk Melayani Kepentingan Kolonial: Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan terlatih sesuai dengan kebutuhan administrasi kolonial. Kurikulum pendidikan sangat dipengaruhi oleh kepentingan politik, ekonomi, dan budaya pemerintah kolonial.

4. Penekanan pada Agama Kristen: Pemerintah kolonial Belanda mendorong penyebaran agama Kristen di kalangan masyarakat pribumi melalui sistem pendidikan. Banyak sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial dijalankan oleh para misionaris Kristen dengan tujuan untuk mengkonversi penduduk pribumi ke agama Kristen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun