"Ada masalah dok? kondisi Firman apa sudah ada kemajuan. Semalam ini saya berjaga, tak sekalipun melihat ada pergerakan dari Firman."
Dokter menghela nafas berat. Hati Mahar tambah perih.
"Kita sama-sama berdo'a ya bu. Seganas apapun penyakit itu, tak bisa menentukan umur seseorang kecuali atas keinginanNya. Do'a adalah obat yang paling mujarab." Dokter berkata bijak, batin Mahar terisak. Sesuatu telah terjadi padamu, mas. Dan aku tak tahu apa gerangan yang tengah menimpamu. Mahar menatap Firman, perlahan mengahampiri pria yang belakangan ini mencuri perhatiannya.
"Bersabar ya mas. Kata dokter kamu tak apa-apa. Hanya sedikit cobaan saja, tenanglah." Mahar berbisik ditelinga Firman. Menggenggam jemari Firman seakan ingin mengalirkan kekuatan padanya. Padahal hatinya tercabik. padahal jiwanya melayang tak berpegangan. Mahar merasa terbang ke alam yang sama sekali tak ia kenal. Membuatnya terdiam, kaku dan bisu. Waktu seakan berhenti bergerak.
*****
Mahar mencoba menelepon Asih. Hanya nada tak tersambung yang terdengar. Mungkin Asih terlalu jauh bertugas, belum ada signal barangkali. Mahar berusaha berfikir positip. Bagaimanapun juga Asih harus tahu kondisi Firman. Mungkin saja kehadiran Asih bisa membuat kondisi Firman menjadi lebih baik. Mereka saling mencinta, pasti ada kekuatan batin yang erat, dalam hati Mahar berbisik sendu. Ada rasa bersalah menyesap hatinya. Ah sudahlah, jika Asih pulang nanti aku akan minta maaf. Sudah lancang menjaga kekasihnya, batin Mahar pedih. Kenapa hati ini tak juga ikhlas???
*****bersambung*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H