Mohon tunggu...
Ismaharani Lubis
Ismaharani Lubis Mohon Tunggu... wiraswasta -

single mommy www.maharanilubis.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR4] Ki, Jemputlah Uang Kembalianmu

19 Mei 2012   09:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sore yang cerah, angin berhembus semilir. Duduk di kursi besi bercat putih menikmati sore membuat Mahar betah berlama-lama di taman Rangkat. Matanya menerawang jauh, melanglang separuh jagad. Sesekali terdengar helaan nafas, ada resah disana. Lamunan kembali berputar terbalik, dua hari lalu di toko rotinya. Pagi itu...

"Pagi mbak.. ada roti..." Seorang pembeli pria. Perkataannya terputus ketika Mahar muncul dari balik steleng penyimpanan roti. Tak berbeda, Mahar juga terkesima. Pandangan penuh sirat terpancar dari keduanya. Sedetik, dua detik, lima detik, sesaat kebisuan meraja.

"Mau beli roti apa mas...?"

Mahar memecah kebisuan. Pembeli adalah raja. Suaranya bergetar, jantung pun tak mau kompromi. Mahar benar-benar grogi. Pria ini…

"Ehh.. anu.. mmmmm... roti ini saja mbak."

Tunjuk pria itu pada salah satu jenis roti dengan ekspresi yang sama, gugup dan sedikit rona berontak keluar mewarnai wajahnya. Mahar mengambil roti yang di inginkan pria itu.

“Cukup mba.. itu saja. Berapa semua?”

“Lima puluh ribu mas.”  Mahar berucap pelan, menunduk malu tak mampu beradu pandang.

Pria itu menyerahkan uang tukaran seratus ribu rupiah. Saat akan mengembalikan sisa uangnya, tiba-tiba pria itu bertanya, atau lebih tepatnya mengajak berkenalan. Mahar senang bukan kepalang. Saat itupun akhirnya tiba!

“Mba… siapa yah namanya? Maaf kita belum berkenalan. Saya Ki Dalang.”

Dengan gagah dan senyum bersahaja pria itu meyodorkan tangannya. Mahar menyambut dengan sumringah, merah kuning hijau bak pelangi mewarnai semburat di wajahnya pagi ini.

“Oh iya Ki, saya Mahar.”

Pertemuan yang singkat, tapi cukup membuat jantung Mahar berkampanye. Berteriak tak karuan, mengucapkan yel-yel asmara. Saking hebohnya genderang dihati Mahar sampai lupa mengembalikan sisa uang Ki Dalang. Mahar baru tersadar setelah pria itu pergi, kembali ke gunung naras.

Dulu saat pertama datang ke desa, Mahar sempat berpapasan dengannya. Di persimpangan jalan di pintu gerbang desa. Mereka hanya saling pandang, tak ada sapa. Sejak saat itu Mahar tak pernah lupa pada tatapannya. Mahar berharap esok harinya akan bertemu dan berkenalan dengan pria itu. Harapannya sia-sia. Sudah hampir lima bulan menjadi warga desa Rangkat, tak sekalipun bertemu dengannya. Hingga suatu hari saat bertandang ke rumah Mommy, ada foto pria itu disana. Foto yang diambil beserta seluruh warga. Mommy bilang namanya Ki Dalang. Seorang dalang rangkat yang berkepribadian sederhana yang saat ini sedang bersemedi di gunung Naras. Entah apa yang dicarinya, Mommy pun tak bisa menjelaskan. Banyak warga yang merasa kehilangan sosoknya yang baik hati. Bahkan ada beberapa warga yang berusaha menyusulnya ke gunung, membujuk agar Ki Dalang mau kembali pulang. Desa terasa sepi karena tak ada lagi pertunjukan wayang yang sering di gelarnya di balai desa.

Lalu pagi itu ia tiba-tiba muncul dihadapan Mahar. Tatapannya masih seperti dulu, saat pertama bertemu pandang. Tapi kali ini Mahar dapat bonus senyuman yang aduhai. Hanya satu harapan Mahar, semoga Ki Dalang ingat uang kembaliannya dan kembali ke toko. Sayangnya sudah dua hari harapan itu belum juga terpenuhi. Ki Dalang, jemputlah uang kembalianmu.. bisik Mahar pilu.

====bersambung jika Ki Dalang bersedia menyambungnya===

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun