“Oh iya Ki, saya Mahar.”
Pertemuan yang singkat, tapi cukup membuat jantung Mahar berkampanye. Berteriak tak karuan, mengucapkan yel-yel asmara. Saking hebohnya genderang dihati Mahar sampai lupa mengembalikan sisa uang Ki Dalang. Mahar baru tersadar setelah pria itu pergi, kembali ke gunung naras.
Dulu saat pertama datang ke desa, Mahar sempat berpapasan dengannya. Di persimpangan jalan di pintu gerbang desa. Mereka hanya saling pandang, tak ada sapa. Sejak saat itu Mahar tak pernah lupa pada tatapannya. Mahar berharap esok harinya akan bertemu dan berkenalan dengan pria itu. Harapannya sia-sia. Sudah hampir lima bulan menjadi warga desa Rangkat, tak sekalipun bertemu dengannya. Hingga suatu hari saat bertandang ke rumah Mommy, ada foto pria itu disana. Foto yang diambil beserta seluruh warga. Mommy bilang namanya Ki Dalang. Seorang dalang rangkat yang berkepribadian sederhana yang saat ini sedang bersemedi di gunung Naras. Entah apa yang dicarinya, Mommy pun tak bisa menjelaskan. Banyak warga yang merasa kehilangan sosoknya yang baik hati. Bahkan ada beberapa warga yang berusaha menyusulnya ke gunung, membujuk agar Ki Dalang mau kembali pulang. Desa terasa sepi karena tak ada lagi pertunjukan wayang yang sering di gelarnya di balai desa.
Lalu pagi itu ia tiba-tiba muncul dihadapan Mahar. Tatapannya masih seperti dulu, saat pertama bertemu pandang. Tapi kali ini Mahar dapat bonus senyuman yang aduhai. Hanya satu harapan Mahar, semoga Ki Dalang ingat uang kembaliannya dan kembali ke toko. Sayangnya sudah dua hari harapan itu belum juga terpenuhi. Ki Dalang, jemputlah uang kembalianmu.. bisik Mahar pilu.
====bersambung jika Ki Dalang bersedia menyambungnya===
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H