Walau demikian sekarang ini saya sudah biasa dengan label wibu ini. Memang masih menyebalkan ketika dilabeli demikian dari orang-orang yang belum mengerti arti dari istilah wibu, saya sering kali memilih diam saja. Lalu apa dampaknya pada saya sendiri? Seperti halnya cerita di awal, saya menjadi minder dan tidak minat untuk bersosialisasi dengan orang yang tidak memahami akan hal ini. Saya memilih untuk menarik diri apabila saya merasa tidak nyaman dengan orang-orang di sekitar saya dan saya sengaja membuat dinding transparan pada orang-orang yang saya belum sepenuhnya nyaman.Â
Terlihat betapa pentingnya untuk memahami perasaan orang lain dan bersikap toleran terhadap orang lain. Memahami perasaan orang lain sangat diperlukan untuk membangun hubungan yang sehat antar satu sama lain. Seperti halnya ketika mengolok seseorang dengan istilah wibu tadi, kita tidak tahu apakah mereka yang diolok akan tersinggung dan sakit hati atau memilih untuk tidak peduli mengenai olokan tersebut. Sehingga, ada baiknya sebelum kita mengucap sesuatu, kita pikirkan terlebih dahulu apa yang akan mereka rasakan dari perkataan yang hendak kita ucapkan. Apabila dirasa ucapan tersebut tidak pantas dan menyakiti hati, maka jangan diucapkan!
Mungkin saja hubungan kalian sudah dekat sehingga mengolok satu sama lain bisa saja merupakan inside jokes kalian. Tapi, saya harap kalian tetap mempertimbangkan tentang candaan kalian itu, karena bisa jadi hanya karena ‘candaan’ hubungan dengan teman kalian akan terputus.
Istilah "wibu" yang saat ini kerap dipergunakan sebagai sindiran, menghina seseorang yang memiliki ketertarikan pada hal-hal dari Jepang padahal orang-orang salah memahami dari istilah itu sendiri. Pemakaian istilah ini, yang sekarang menjadi bahan untuk mencaci orang lain, menciptakan pandangan negatif kepada mereka dengan kesukaan yang berbeda. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan orang-orang mengenai kesukaan mereka dan berakhir untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H