Mohon tunggu...
Maharani DelphineDwi
Maharani DelphineDwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Let me live, love, and say it well in good sentences.

Welcome to this small page of mine. enjoy what you can, while you can.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refugee Discrimination: When One Is Being Perceived Better Than The Other

3 Juni 2022   15:49 Diperbarui: 3 Juni 2022   16:05 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena yang baru saja dijabarkan merupakan salah satu bentuk diskriminasi, prasangka, serta stereotip yang ada mana masyarakat, terutama dalam konteks ini, yang merupakan warga dari belahan dunia barat terutama pada Eropa dan Amerika Utara. Pemikiran dan persepsi yang tidak akurat yang terbentuk dalam pemikiran bangsa eropa dan amerika utara akan negara berkembang menjadikan sikap dan perilaku tersebut muncul dari mereka. 

Anggapan bahwa negara dengan warga berkulit putih adalah negara dan manusia yang lebih beradab sehingga membuat mereka lebih bersimpati, pada saat yang sama mereka memaklumi hal yang sama di negara berkembang non-eropa karena dinilai tidak seberadab dengan eropa adalah highlight utama dari fenomena diskriminasi, prasangka, dan stereotipe dari fenomena ini.

Sebelum masuk lebih dalam, mari definisikan diskriminasi, prasangka, dan stereotip. Aronson dalam bukunya Social Psychology (2016) menjabarkan bahwa diskriminasi dan stereotip merupakan merupakan bagian dari komponen prasangka. Prasangka merupakan sikap yang kuat secara emosional. Prasangka adalah sikap negatif atau agresif terhadap individu dari kelompok tertentu hanya karena keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. 

Prasangka memiliki komponen kognitif (stereotipe) dan dapat mempengaruhi perilaku (dalam bentuk diskriminasi) (Aronson, 2016)

Stereotipe merupakan komponen kognitif dari prasangka, yang merupakan generalisasi terkait sekelompok orang dengan karakteristik identik yang diberikan kepada seluruh anggota kelompok dan mengesampingkan variasi yang ada dalam anggota kelompok. (Aronson, 2016). 

Terdapat dasar neurologis untuk efisiensi kognitif dari stereotipe, mengingat kapasitas manusia terbatas dalam memproses informasi dan menjadikan manusia berperilaku seperti ‘cognitive misers’ dimana manusia mengambil jalan pintas dan mengadopsi aturan praktis dalam upaya memahami orang lain. (Aronson, 2016).

Sementara itu, diskriminasi merupakan perlakukan tidak adil kepada anggota kelompok hanya karena keanggotaan mereka pada kelompok tersebut. diskirminasi bisa terjadi secara terselubung atau resmi atau terlihat. Salah satu bentuk diskriminasi yang tidak terlalu nampak namun memiliki konotasi negatif adalah microagression yang didefinisikan sebagai penghinaan-penghinaan yang merendahkan dan secara rutin dialami oleh kelompok minoritas (Aronson, 2016).

 Salah satu contohnya adalah ketika seorang dosen berkulit putih memuji mahasiswanya yang seorang warga amerika keturunan asia terkait bahasa inggrisnya yang sangat baik, meskipun mahasiswa tersebut lahir dan besar di Amerika Serikat.

Pada konteks kasus ini, dapat dilihat bahwa para jurnalis dari media-media besar barat memiliki prasangka terhadap pengungsi dari negara-negara timur tengah dan afrika serta menuturkan kata-kata diskriminatif ketika mengangkat berita terkait pengungsi ukraina berdasarkan stereotipe mereka akan negara-negara timur tengah dan afrika. Teori prasangka, diskriminasi, dan stereotip inilah yang menjelaskan perilaku para reporter tersebut. 

Pertama-tama, perilaku diskriminatif mereka yang terlihat dimana mereka membandingkan pengungsi ukraina dengan pengungsi timur tengah dan afrika dengan menyatakan bahwa pengungsi dari ukraina adalah pengungsi dari negara eropa yang lebih beradab. Perbandingan tersebut memiliki konotasi yang merendahkan dan negatif, meskipun tidak disebutkan secara sangat langsung bahwa negara timur tengah dan afrika tidak beradab.

Bagaimana perlakuan diskriminatif tersebut bisa muncul? Jawabannya adalah prasangka dan stereotipe yang ada dalam memori dan pola pikir mereka. Kemungkinan besar para reporter dan jurnalis tersebut memiliki kepercayaan atau pemikiran dimana mereka memandang negara timur tengah dan afrika sebagai masyarakat yang minim dalam adab karena perang yang berkepanjangan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun