Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesan Pertama Mendengar Album Baru Metallica, Hardwired.. to Self Destruct

18 November 2016   09:21 Diperbarui: 21 November 2016   10:25 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Channel Youtube Metallica. (Dokumentasi pribadi, screen capture)

The King of Metal is Back... Hail!!! Yup. Sang raja sudah kembali. Yang lain boleh minggir. Penantian panjang setelah Death Magnetic dirilis pada 2008 tuntas sudah. Selama delapan tahun itu, Metallica acap dicaci karena tak kunjung menelorkan album.

Dibandingkan tiga godfather thrashmetal lain, Metallica kalah produktif. Pada rentang yang sama, Slayer dan Anthrax menelorkan dua album. Megadeth, rival lama Metallica, lebih produktif lagi, dengan menelorkan empat album. Terakhir, dalam tahun ini juga, Mustaine dkk merilis Dystopia. Jadi, wajar kalau fans Metallica sudah tak sabar menanti kehadiran album baru.

Rumour tentang album baru Metallica meruyak pada Oktober 2011, ketika Trujillo mengatakan Metallica kembali ke studio untuk mengerjakan album baru. Si Yahudi brewok Rick Rubin yang juga menjadi sosok di balik album band-band seperti Slayer, AC/DC, dan Aerosmith, disebut-sebut ikut terlibat. Namun, belum diketahui, kapan persisnya album baru tersebut akan dirilis.

Tahun demi tahun berlalu, aku pun tidak terlalu ambil pusing lagi dengan album baru Metallica. Ketika akhirnya video “Hardwired” dirilis sehari setelah HUT RI ke 2016, aku tak terlalu antusias. Ini tampaknya akan menjadi lagu tajuk dari album yang tajuk resminya Hardwired... to Self-Destruct. Judul yang aneh menurutku.

Dibandingkan ketika Death Magnetic keluar, orang akan membandingkannya dengan St Anger, sehingga jelas merupakan lompatan yang menyenangkan ke “jalan yang benar”. Mendengarkan “Hardwired”, aku merasa tidak ada yang baru. Ini cuma perpanjangan dari Death Magnetic. Tidak jelek, tapi ya gitu... biasa aja.

Ketika “Moth Into Flame” keluar sebulan kemudian, ini pun kental nuansa Death Magnetic. Tapi memang harus diakui cukup keren. Kalau dimasukkan di Death Magnetic, pasti menjadi salah satu nomor yang kuat. Namun, sampai di sini pun, tak menggugah minat lebih jauh. Metallica masih sempat mengeluarkan satu single lagi, “Atlas, Rise!” Biasa...

Channel Youtube Metallica. (Dokumentasi pribadi, screen capture)
Channel Youtube Metallica. (Dokumentasi pribadi, screen capture)
Semua berubah drastis sehari sebelum album ini dirilis. Ya, kemarin, mendadak setiap dua jam Metallica mengeluarkan klip video musik dari album barunya. Tak pelak, sepanjang sore hingga malam kemarin, aku sibuk menyimak video tersebut satu per satu. Baru terbayang wujud album secara keseluruhan. Dan, seperti kata paham holistis, keseluruhan memberikan aksentuasi yang berbeda dibandingkan jumlah bagian-bagiannya. Yup, ini satu album utuh yang keren.

Pagi ini, ketika bangun sebelum pukul lima, aku langsung menyambangi Spotify. Dan, Hardwired... to Self-Destruct sudah nangkring dengan manisnya.

Versi resminya (seperti tertera di situs web Metallica), susunan lagu di album ini adalah sebagai berikut:

DISC ONE

1. HARDWIRED

2. ATLAS, RISE!

3. NOW THAT WE'RE DEAD

4. MOTH INTO FLAME

5. DREAM NO MORE

6. HALO ON FIRE

DISC TWO

7. CONFUSION

8. MANUNKIND

9. HERE COMES REVENGE

10. AM I SAVAGE?

11. MURDER ONE

12. SPIT OUT THE BONE

Tapi, di Spotify, ada tambahan berikut:

1. Lords of Summer

2. Ronnie Rising Medley (A Light in the Black/Tarot Woman/Stargazer/Kill the King)

3. When a Blind Man Cries

4. Remember Tomorrow

5. Helpless – Live

6. Hit the Lights – Live

7. The Four Horsemen - Live

8. Ride the Lightning - Live

9. Fade to Black - Live

10. Jump in the Fire - Live

11. For Whom the Bell Tolls - Live

12. Creeping Death - Live

13. Metal Militia - Live

14. Hardwired – Live

Total ada 26 lagu yang dimuntahkan. Busyet... Mungkin mereka gedeg diolok-olok selama ini, jadi sekalian aja. Ibarat kalau lagi makan, porsinya porsi batak dewasa. Blenger blenger dah...

Jadi, apa yang bisa dikatakan setelah satu putaran penuh mendengarkan album ini?

Pertama, seperti judul tulisan ini, sang raja metal sudah kembali. Ini tak dapat ditolak. Sama yakinnya aku bahwa album ini akan sukses di pasar. Inilah metal yang sebenar-benarnya, yang dibawakan oleh maestronya. Bukannya album ini tanpa kekurangan, tapi berbagai sisi menariknya lebih dari cukup untuk menutupi berbagai kekurangannya.

Kalau mau dibilang album ini kepanjangan dari Death Magnetic, dilihat dari sound yang dikembangkan, boleh-boleh saja. Tapi, menurutku, sound yang dikembangkan sejak Death Magnetic makin matang di album ini.

Upaya lain yang kelihatan adalah menziarahi kembali akar-akar musik Metallica. Secara gamblang, ini diperlihatkan melalui sejumlah lagu tribute. Nomor yang aku kenal yaitu Remember Tomorrow, lagu Maiden dari periode Dianno. Seperti diakui sendiri oleh Metallica, lagu ini merupakan blue print dari lagu semacam “Fade to Black” dan “Sanitarium”. Jejak Maiden, khususnya pada periode emas The Number of the Beast hingga Powerslave, dengan mudah tercium pada riff-riff lagu “Atlas, Rise!” dan “Halo on Fire”.

Nomor lain adalah “When a Blind Man Cries”, balad dahsyat milik supergrup hardrock Deep Purple. Ulrich kelihatannya memang tergila-gila pada band Inggris ini, seperti pernah terlihat pada video Cliff em All, betapa dengan girang ia menirukan pukulan drum pada intro lagu “Black Night”. Di tangan Metallica, “When a Blind Man Cries” jadi lebih cadas.

Terus, bohong banget kalo nggak teringat lagu “Am I Evil” waktu dengerin drumnya Ulrich di intro lagu “Confusion”. Tapi, begitu masuk ke riff-riff awal, kocokan gitarnya terasa menyambar-nyambar lagu “Eye of the Beholder” dari album Justice.

Sementara itu, “Now That We’re Dead” mengingatkan pada “Seek and Destroy”. Tapi, terutama pada bagian reff-nya, bisa juga disandingkan dengan lagu-lagu heavymetal standar pada periode 1980-an. Hetfield benar-benar “bernyanyi” di sini. Juga pada lagu “Here Comes Revenge” atau “Am I Savage”. Mungkin kembali pada masa-masa Load dan Reload? Entahlah, karena aku tidak pernah mendengar kedua album itu. Tapi, yang jelas, meski temponya lambat, lagu-lagu tersebut masih terasa heavy dan garang, khas metal. Ya itu tadi, dengan sound Death Magnetic yang makin matang.

Bicara soal tempo yang lambat, ada yang menyarankan untuk coba mendengar “Atlas, Rise!” dengan tempo yang sedikit dipercepat. Kalau di Youtube, coba klik ikon gear dan ubah speed menjadi 1,25. Asli, jadi supermaknyuss... Hahaha, aku yakin, kalau dibawakan live, pasti asyik benar lagu ini.

Lagu yang paling kencang di album ini adalah lagu pamungkas, “Spit Out the Bone”. Whohooo... this is Metallica, baby! Walau tidak segahar “Damage Inc” atau “Dyers Eve”, “Spit Out the Bone” sudah cukup untuk membungkam mereka yang bilang Metallica sudah habis.

Apa yang aku tangkap, Metallica tidak lagi memaksakan diri. Mereka terasa nyaman memainkan musik yang memang mereka ingin mainkan. Di usia personilnya yang sudah lebih dari setengah abad, jelas akan kedodoran kalau konstan bermain di tempo tinggi. Metal toh tak harus kencang, tapi heavy itu pasti. Dan, Metallica kembali memberikan contoh yang tepat bagaimana harus memainkannya.

Kalaupun ada kekurangan, aku merasa Ulrich sekarang seperti kedodoran kalau bermain di tempo cepat. Entah karena setelan snare yang lebih longgar dan injakan bass drum yang kurang kentara, sound drum jadi terdengar “ketinggalan” dan “terengah-engah” mengikuti kocokan gitar yang solid. Fill in-nya juga ketebak. Andai saja Lombardo yang berada di balik set drum, mungkin lebih mantap. Tapi, sedodol-dodolnya Ulrich, dia tetap figur penting yang tak tergantikan di Metallica.

Hal lain adalah Hammett. Pada album ini, untuk pertama kalinya Hammett tidak menyumbang lagu. Permainannya juga standar, banyak melodi yang ketebak, ujung-ujungnya pasti mengandalkan pedal wah. Seperti kata teman aku Wak Bogard, Hammett mestinya malu pada gitaris-gitaris muda zaman sekarang.

Overall, Hardwired... to Self-Destruct merupakan album yang kuat dan sekali lagi membuktikan siapa Metallica sebenarnya. Lagu-lagu yang direkomendasikan yaitu “Atlas, Rise!”, “Now That We’re Dead”, dan “Spit Out the Bone”.

Album ini mungkin bukan masterpiece. Tapi, kalau mau mendengarkan musik metal yang sesungguhnya, silakan dengar dari rajanya, the one and the only Metallica. Hail!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun