Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

“Backpacking” di Negara Orang

23 Februari 2016   13:27 Diperbarui: 23 Februari 2016   13:47 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengeluaran traveling yang besar biasanya tiket dan penginapan. Untuk mendapatkan penawaran terbaik, rajin-rajinlah memantau berbagai penawaran.

Untuk tiket pesawat, maskapai penerbangan seperti AirAsia biasanya memberikan penawaran menarik pada waktu-waktu tertentu. Patut diingat, penawaran ini terbatas, baik jumlah yang disediakan maupun waktu pemesanan, sehingga jangan sampai terlewat. Menjadi member sehingga mendapatkan newsletter menjadi salah satu cara untuk mendapatkan informasi pertama kali.

Sementara itu, maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia mengadakan event berkala GATF yang menghadirkan promo tiket murah. Ada juga pameran-pameran wisata lain, tapi biasanya dua maskapai itu yang paling diburu.

Berhubung tiket pesawat pilihannya terbatas, biasanya ini menjadi prioritas utama dalam perencanaan. Hal-hal lainnya akan mengikuti ketersediaan tiket.

Memang pada saat periode pemesanan, kita pengen buru-buru memesan karena takut kehabisan. Namun, jangan sampai salah. Pengalaman kami waktu mau ke Jepang, ada dua kota yang hendak dikunjungi, yaitu Osaka dan Tokyo. Sayangnya, kami tidak mencari tahu terlebih dahulu transportasi dalam negeri Jepang. Karena khawatir tiket habis, kami langsung saja memesan tiket Jakarta-Osaka via Kualalumpur PP. Ternyata, belakangan kami ketahui bahwa jarak Osaka-Tokyo lumayan jauh, sekitar 500 kilometer atau lebih jauh sedikit dari Jakarta-Yogyakarta dan biaya untuk bolak-balik tidak murah.

Jarak segitu dapat ditempuh Shinkansen Nozomi (yang paling cepat) dalam waktu sekitar 3 jam. Tapi, biayanya cukup besar, hampir kira-kira Rp 1,5 juta per orang. Kalau naik bis malam memang harganya bisa sepertiga Shinkansen, tetapi perjalanan memakan waktu sekitar 6 jam sehingga cukup melelahkan. Kalau saja kami sudah meriset hal ini, barangkali pilihannya masuk ke Jepang di Osaka, lalu keluarnya dari Tokyo. Selisih biayanya mungkin tidak terlalu jauh, tapi yang jelas tidak secapek harus bolak-balik Tokyo-Osaka.

Penginapan

Untuk penginapan, sekarang banyak sekali pilihan. Mulai dari Airbnb hingga Agoda atau Booking.com. Kalau kami sudah beberapa kali mengandalkan Booking.com. Enaknya situs ini karena bayarnya belakangan, pada waktu check out. Jadi, pada saat memesan, belum ada transaksi. Kita cukup memesan dan segera dapat konfirmasinya. Pemesanan ini biasanya masih bisa dibatalkan tanpa biaya apa pun hingga tiga hari sebelum tanggal menginap. Namun, hati-hati, ada penawaran dengan harga sangat khusus (bisa sampai 60 persen dari published rate) tapi tidak bisa dibatalkan. Ya wajarlah, mempertimbangkan harga yang diberikan.

Biasanya, silih berganti ada penawaran dari hotel-hotel yang berbeda. Hari ini hotel A kasih penawaran menarik. Minggu depannya, ternyata hotel B kasih penawaran tak kalah menggiurkan. Jadi, jangan buru-buru memutuskan. Sebagai gambaran, waktu mencari hotel di Tokyo, kami memesan sampai 5 hotel berbeda sebelum akhirnya memutuskan hotel yang akan diinapi kira-kira seminggu sebelum berangkat. Baru saat itu pesanan di hotel-hotel lainnya dibatalkan.

Pada akhirnya, hotel yang kami pilih bukan yang paling murah, tapi yang memberikan penawaran terbaik dengan harga yang masih masuk dalam anggaran. Waktu itu, kami memilih hotel Grand Pacific Le Daiba di Odaiba. Ini hotel bintang 4 yang terletak di kawasan resor pulau buatan di Teluk Tokyo. Dibandingkan hotel-hotel lain yang sempat kami pesan, hotel ini sebenarnya harganya lebih tinggi. Tapi, kami mendapatkan potongan harga 60 persen dari published rate. Jadi untuk tarif Rp 5 jutaan, kami hanya membayar Rp 2 jutaan.

Dengan harga segitu, kami dapat bermalam di hotel yang mewah—bahkan untuk ukuran Tokyo—dengan lingkungan yang menyenangkan. Dengan berjalan kaki di malam hari, kami dapat menikmati pemandangan Rainbow Bridge, berfoto dengan tiruan patung Liberty, bersantai di kamar yang lega dengan 3 tempat tidur, dan berendam di bathtub dengan air panas. Belum lagi, karena besoknya berencana langsung ke Tokyo Disneyland, kami dapat naik shuttle bus yang disediakan gratis untuk tamu hotel. Jadi, overall, dengan harga yang kami bayar, cukup bernilailah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun