Kenapa untuk senyum saja kau takut?, Kenapa memampang raut ketus saja kau gelisah?. Siapa yang membelenggu mu dari kebebasan dan kejujuran itu?.
Apakah gara-gara mata mereka yang tak jelas bentuk dan warna nya itu?
mengapa mata yang banyak itu kau pedulikan?
Apa kau takut keterasingan?
lagi pula aku belum pernah menemukan kabar kematian yang diakibatkannya
atau kau takut pada semacam kehampaan?Â
apa kau lupa bahwa kita berteman dengan dua hal itu sedari awal?
pertanyakan ulang takut mu yang berkedok pembenaranmu itu!
jika memang pilihanmu tetap seperti itu, silahkan. tak ada larangan. tapi setahuku tak ada manusia yang berharap dirinya dibelenggu.
dalam sejarah, manusia rela mati demi kebebasan.
Nilai, terbalut erat oleh kata "tergantung"
ada yang menyukai warna hitam, ada juga yang benci warna tosca.Â
agaknya mustahil untuk mendapati semua senyum jika begitu.
tapi tenang! ada satu cara yang sangat efektif; yaitu dengan menjadi budak semua orang.
saran ku, jika kamu ingin menjadi budak yang handal. ada satu sikap yang perlu kamu latih agar menjadi yang terbaik dari budak yang lain. yaitu memperdalam seni menipu diri.
tipu lah dirimu sesering mungkin
bungkuk lah karena orang lain menyuruhmu begitu
merangkak lah demi kasih sayang orang - orang asing itu
bersolek lah demi pujian mulut mulut kotor priyai itu
bila perlu, telanjanglah se-bulat bulatnya demi mendapat tepuk tangan yang mewah.
ingat! jangan pernah jadi dirimu!.
Buang semua kedirian yang dibentuk oleh ketulusan itu
jadilah palsu
jangan sampai riasan bermacam rupa itu kau hapus
jangan menolak jika disuruh meniru anjing
jangan mengeluh jika disurub memerankan babi
hilangkanlah martabat
padamkanlah kehormatan
niscaya, prinsip tolol mu itu bisa kau gapai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H