Terlihat dari belakang kaca, kamu bermesraan; di tengahi lilin, saling menindih kan tangan, dia menanyakan musik apa yang berteman denganmu dikala tidur menjemput.
Saat itu aku hanya bisa memalingkan muka, berjalan diatas trotoar yang kian lengang dengan kepala tertunduk; berjalan tanpa tujuan arah yang jelas. hingga terhenti pada kursi kosong di taman tengah kota.
aku memandangi langit yang secara indrawi tiada berubah, namun kini terasa berbeda; bintang yang nyatanya terang untuk dilihat, saat itu menjadi kabur tertimpa oleh pristiwa tadi dan beberapa kenangan indah tentang 'mu dimasa lampau. ada semacam perasaan bahagia dan tersakiti pada kondisi semacam ini, Jika yang dibayangkan adalah kenangan yang sangat bahagia maka pedih yang sebanding pun mengiringi di akhir bayangan.
dalam dudukan bangku taman, angin - angin membuat ku sadar ternyata hanya aku yang merasakan bahwa aku sedang kedinginan, hanya aku yang peduli dengan cepat memeluk diri ketika merasa kedinginan.Â
"mungkin, sesekali aku perlu merajut sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhku dan menyeka air mataku".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H