Seutas benang kubuat simpul kuat; kugunakan untuk mengikat aku agar tidak terdekap oleh siapapun dia yang bisa membuat mu rapuh
Diliputi paradigma rasa percaya padamu yang ku tau tidaklah ilmiah sebab dahulu pernah terbantahkan oleh prilaku yang ditimbulkan oleh dirimu sendiri
tak apa, lagi pula diriku memang jauh dari pantas untuk didekap tulus dengan erat oleh mu
aku mengerti bahwa hitam tetaplah hitam yang walaupun dia selalu berlaku ramah pada banyak warna namun tetap mutlak tersematkan pada stereotipe "tepat untuk di tendang."
Aku pikir bulan mu sama dengan ku;
berwarna putih menyala diliputi angin yang setidaknya mampu merawat rasa.
Tak kusangka ternyata bulan mu redup disana; anginnya ketawa ketiwi menginjak injak jiwaku, menendang sulaman ku, menertawakan keuletanku
baru kusadari bahwa ternyata hanya aku yang menyulam kain untuk membuat cantik sebuah rajutan yang ku buat dengan harap bisa mengobatimu dari keluh serta dahaga akan peluk.
Tapi yasudah, mungkin yang salah adalah harapku yang berlebih padamu
Simpul yang kujaga ternyata di injak juga pada akhirnya, hampir sedikit putus; tergantung pada situasi siapa yang bersedia untuk mengulur agar tidak saling tarik menarik dikedua sisi.
rajutan yang slalu kujaga dan sangat pas dikenakan untukmu. kamu kenakan untuk bertemu dia yang asing bagiku bahkan mungkin juga bagimu.