''Di kawasan Benteng Somba Opu ini sampai sekarang masih ada dua pengawas. Untuk urusan perbaikan dan pemeliharaan dinding benteng dilakukan orang-orang dari pihak Balai Cagar Budaya, sedangkan untuk urusan rumah-rumah adat menjadi bagian dari pengawasan pihak Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulsel,'' menjelaskan seorang penjaga salah satu rumah adat di kawasan BSO.
Di dalam kawasan BSO terdapat sejumlah rumah adat daerah Provinsi Sulsel. Termasuk terdapat sejumlah rumah adat dari daerah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) yang dibangun saat daerah beretnis Mandar tersebut masih masuk bagian dari Provinsi Sulsel saat BSO selesai dieskavasi tahun 1995. Sejumlah rumah adat terlihat rusak berantakan lama tak mendapat perbaikan seperti rumah adat Gowa, rumah adat Bola Soba Soppeng, rumah adat Mamasa, dan Rumah adat Toraja.
Bapak penjaga rumah adat di BSO tersebut hanya tertawa lepas saat ditanya tentang pihak siapa yang harus bertanggungjawab memperbaiki jalanan dalam kawasan BSO yang saat ini sebagian besar terlihat rusak bergelombang.
"Tidak tahu mi itu, ka sudah bertahun-tahun jalanan dalam kawasan benteng ini rusak tidak pernah diperbaiki,'' katanya dalam dialek Indonesia khas Makassar. Kondisi kawasan BSO saat ini sebagai salah satu destinasi wisata yang berwajah buruk, padahal tidap tahun terdapat aliran dana perbaikan dan pemeliharaan dari Pemprov Sulsel.
 Plaza Kuliner Benteng Somba Opu yang telah dibangun beberapa tahun lalu di depan gerbang masuk Jembatan BSO, pun tampak dibiarkan rusak berantakan tak pernah dimanfaatkan. Inilah kawasan BSO salah satu lokasi program hambur duit dari APBD Sulsel untuk hal tak berguna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H