BSO merupakan benteng induk masa Kerajaan Gowa, dibangun abad XVI masa kekuasaan Raja Gowa IX Daeng Matanre Karaeng Tumapparisi Kallonna (1510-1546).Â
Benteng yang kemudian menjadi pusat Kerajaan Gowa pada masanya dikelilingi 12 benteng pertahanan lain sebagai benteng pengawal. Namun dalam peperangan yang terjadi antara Kerajaan Gowa dengan pihak kolonial Belanda berlangsung 15 -- 24 Juni 1667, BSO seluas 11 hektar berhasil diporak-porandakan.Â
Sebagian dari dinding benteng yang terbuat dari susunan batu bata setinggi 4 hingga 6 meter dengan ketebalan rata-rata 2 meter diratakan dengan tanah.
Sejak itu kawasan BSO serta areal kekuasaan kerajaan seluas 60 hektar sekitarnya ditinggalkan dan menjadi kawasan sunyi dari kegiatan. Bekas dinding BSO yang tersisa pun tertimbun tanah lumpur-lumpur bawaan dari Sungai Jeneberang serta sejumlah sungai yang mengalir sekitarnya. Padahal sebelumnya kala itu kawasan sekitar BSO dicatat sejarah pada masanya termasuk salah satu pelabuhan bandar niaga teramai di dunia.
Saat Prof DR HA Amiruddin Pabittei (alm) menjabat sebagai Gubernur Sulsel, tahun 1989 dilakukan upaya penggalian atau eskavasi terhadap jejak dinding bekas BSO yang telah tertimbun lebih dari 3 abad.Â
Dipimpin sejarawan DR Mukhlis Paeni, kala itu, eskavasi berhasil menemukan jejak bekas dinding BSO. Kecuali bentang bekas dinding benteng di arah timur tidak ditemukan. Diperkirakan telah lenyap terkikis terbawa arus banjir sungai-sungai sekitarnya selama lebih 3 abad silam.
''Kita punya catatan sejarah kerajaan di Sulsel yang hebat di masa lalu, salah satu buktinya adalah Benteng Somba Opu. Itulah kita perlu memelihara situs benteng tersebut sebagai bukti nyata kehebatan harga diri orang Sulsel," katanya kepada saya dalam suatu kesempatan wawancara di Gubernuran Sulsel setelah rampungnya pembangunan sejumlah rumah adat di kawasan BSO tahun 1990.
Pembuatan pedestrian di kanan-kiri kawasan BSO saat ini merupakan salah satu dari 2 proyek bertajuk Peningkatan Destinasi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sulsel tahun 2021 yang dialokasikan di kawasan BSO.
Proyek yang satunya berupa rencana pembangunan gedung Pusat Informasi Wisata atau Torism Information Centre (TIC) Sulsel  berlokasi dalam kawasan BSO.Â
Tepatnya, di lahan lapang depan antara rumah adat Toraja dan rumah adat Mamasa. Namun proyek bernilai lebih dari Rp305 miliar yang tendernya dimenangkan CV Abrizam Putratama Enggineering tersebut dibatalkan saat kontraktor pelaksana mulai menggali pembuatan pondasi bangunan.