Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden dari Toraja Air Port ke Gowa

17 Maret 2021   22:25 Diperbarui: 17 Maret 2021   22:32 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam Regulasi Nipanipa mereduksi 30 persen banjir kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa

Presiden RI Ir H Joko Widodo (Jokowi) rencananya, Kamis, 18 Maret 2021, akan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Selatan. Akan meresmikan penggunaan bandara Toraja Air Port di kabupaten Tana Toraja.  

Menurut info dari Pemprov Sulsel, dari daerah wisata Negeri Aluk Todolo, Presiden akan meneruskan perjalanan menuju kabupaten Gowa untuk meresmikan Kolam Regulasi Nipanipa. Lokasi Kolam Regulasi Nipanipa berbatasan langsung dengan wilayah kota Makassar dan wilayah kabupaten Maros.

Kolam seluas 84 hektar yang dibangun pihak kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dimaksudkan sebagai kolam penampung luapan air Sungai Tallo terutama di musim hujan.

Kapasitas tampung Nipanipa mencapai 3,58 juta meter kubik. Diharapkan dapat mengatasi sekitar 30 persen dari luapan genangan banjir seluas 3.000 hektar di kota Makassar saat musim hujan. Termasuk untuk mengurangi risiko banjir di Pattalassang (kabupaten Gowa) dan kecamatan Moncongloe (kabupaten Maros).

Dari laman pu.go.id diperoleh informasi jika permukaan wilayah kota Makassar hanya berada sekitar 1 meteran dari atas permukaan laut. Justeru diperlukan sejumlah kolam regulasi semacam kolam regulasi Nipanipa dalam rangka mengatasi luapan banjir yang terjadi setiap tahun di kota Makassar dalam musim hujan.

Sebelumnya, untuk maksud yang sama, tahun 2006 pihak PUPR telah membangun Waduk Tunggu Pampang di kelurahan Antang kecamatan Manggala kota Makassar. Waduk seluas 40 hektar tersebut memiliki kapasitas tampung 1,1 juta kubik,  dalam hitungannya dapat mereduksi banjir hingga 353 meter kubik per detik.

Waduk Tunggu Pampang di kecamatan Manggala kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa
Waduk Tunggu Pampang di kecamatan Manggala kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa

Waduk ini terkoneksi dengan saluran air dari kabupaten Gowa, saluran Perumnas Panakkukang Makassar, saluran Pampang, saluran Antang, dan Sungai Pampang. Namun begitu, dalam musim hujan Januari,  Pebruari, dan Maret 2021 masih saja terjadi luapan banjir di daerah sekitar waduk. Bahkan waduk pun ikut meluap.

Musim hujan tahun ini masih menyebabkan genangan parah di 5 kecamatan di kota Makassar, yaitu kecamatan Biringkanaya, Manggala, Rappocini, Tallo, Tamalate, dan kecamatan Tamalanrea. Ratusan warga terpaksa harus diungsikan lantaran rumah mereka tergenang.

Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto telah melakukan koordinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWPJ) guna mengatasi genangan tahunan yang selalu menimpa warga kota Makassar di musim hujan khususnya bermukim di wilayah kecamatan arah timur kota.

Terdapat 3 luapan sungai, dari Sungai Jeneberang (kabupaten Gowa), Sungai Biring Jene (kabupaten Maros), dan Sungai Tallo (kota Makassar) yang terditeksi setiap musim hujan meluapkan air ke wilayah-wilayah yang rendah di timur kota Makassar.

Telah disepakati membangun Kolam Regulasi di areal seluas 50-an hektar di perbatasan dengan kabupaten Maros, dalam upaya mencegah luapan banjir ke pemukiman warga saat musim hujan.

Kolam Regulasi Nipanipa mereduksi 30 persen banjir kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa
Kolam Regulasi Nipanipa mereduksi 30 persen banjir kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa

Sebenarnya, di kelurahan Antang kecamatan Manggala juga pernah ada danau Balang Tonjong seluas sekitar 27 hektar, berfungsi sebagai penampung air sekaligus penyanggah banjir. Akan tetapi belakangan, danau alam ini sebagian besar tertutup semak, dan sejumlah tempat diklaim sebagai lokasi milik warga, sehingga danau tak lagi berfungsi sebagai daerah tangkapan air di musim hujan.

Cerita Makassar tempo doeloe sebagai kota cantik, sejuk dan bebas banjir, itu terjadi ketika kota ini masih seluas sekitar 20-an kilometer bujursangkar. Kanal-kanal kota yang dibangun sejak masa kolonial masih mampu menanpung dan menyalurkan luapan air dari sungai-sungai kabupaten Maros di arah timur kota. Demikian pula limpahan air dari Sungai Jeneberang di arah selatan kota.

Setelah kota Makassar dimekarkan tahun 1971 menjadi seluas lebih  174 km bujursangkar, cerita banjir mulai akrab dengan kota Makassar setiap musim hujan. Masalahnya, sungai-sungai di timur dan selatan kota yang tadinya jauh dari pusat kota, justeru menjadi bagian dari kota Makassar. Perkembangan kota yang tak diiringi penataan drainase yang baik, membuat luapan air di musim hujan merayap kemana-mana, termasuk masuk ke arah kota tua di arah barat yang berkembang pesat dengan reklamasi pantainya.

Penampung air Danau Balang Tonjong di kelurahan Antang tertutup semak/Foto: Mahaji Noesa
Penampung air Danau Balang Tonjong di kelurahan Antang tertutup semak/Foto: Mahaji Noesa

Beruntung, eskapasi bekas Benteng Somba Opu (benteng peninggalan masa Kerajaan Makassar) yang dilakukan tahun 80-an di arah barat kota (berbatasan dengan kabupaten Gowa), mengalihkan muara Sungai Jeneberang yang mengarah ke kota Makassar ke arah Barombong. Luapan banjir sungai yang berhulu di kaki Gunung Bawakaraeng tersebut tidak lagi menjadi momok bagi warga kota Makassar setiap musim hujan.

Bekas muara Sungai Jeneberang yang telah dialihkan itulah kini dikenal sebagai Danau Tanjung Bunga. Luasannya sekitar 100-an hektar menjadi Pusat Latihan Olah Raga Dayung di kota Makassar. Di ujung baratnya barusan ditata sebagai lokasi amphiteater. Diresmikan oleh Gubernur Sulsel Prof Dr Ir HM Nurdin Abdullah, M.Agr sehari sebelum dicokok KPK pada dini hari 27 Pebruari 2021 dalam sangkaan kasus suap proyek infrastruktur di Sulsel.

Usai meresmikan Kolam Regulasi Nipanipa, Kamis, 18 Maret 2021, Presiden diinformasikan akan masuk kota Makassar untuk melihat Festival Covid-19 yang digelar Pemkot Makassar dalam rangka memuluskan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 kepada warga di kota Makassar.

Disebut-sebut juga Presiden akan menandatangani prasasti peresmian Jembatan Tol Layang AP Pettarani di kota Makassar. Banyak warga kota terdengar bertanya-tanya, sehubungan dengan beredarnya info bahwa Presiden tidak datang langsung ke lokasi untuk meresmikan Jalan Tol Layang  AP Pettarani.  

Jalan Tol Layang AP Pettarani kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa
Jalan Tol Layang AP Pettarani kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa

 Jalan Tol Layang AP Pettarani dibangun sejak tahun 2018. Membujur dari arah utara Jl Tol Reformasi melayang ke arah selatan sepanjang 4,2 km di atas Jl AP Pettarani. Ini merupakan Jalan Tol Layang pertama di kawasan timur Indonesia beranggaran lebih dari Rp 2 triliun.

Hingga Rabu, 17 Maret 2021 siang tampak sejumlah pekerja masih memasang pot-pot pembatas marka di bawah Jalan Tol Layang AP Pettarani. Di ujung selatan Jl AP Pettarani terlihat pekerja masih sibuk membenahi aspal jalan arteri termasuk membeton sejumlah muka selokan.

Selamat datang Presiden RI Jokowi di Sulsel. Sehat dan sukses selalu menuju Indonesia Maju!    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun