MDA tertawa kecil ketika saya sebut penulisan buku biografi, sosok tokohnya sudah lebih panjang dari halaman cerita legen mitos terkenal I La Galigo di Sulawesi Selatan yang hanya terdiri atas 6.000-an halaman yang diawetkan. Â Â
''Biografi seseorang apalagi jika dia merupakan tokoh penting yang berprestasi perlu ditulis, dibukukan jika tidak ingin hilang dalam ingatan generasi kelak,'' tandas pak Dahlan.
Empat Gubernur Sulsel secara berturut dari Prof DR HA Amiruddin Pabittei, H Zainal Basri Palaguna, H Amin Syam, dan DR H Syahrul Yasin Limpo, SH, MH juga sudah dibukukan oleh MDA.
Mengaku sering menyampaikan kepada mahasiswanya agar rajin menulis catatan-catatan ringan tentang kesehariannya yang  menarik. Lantaran kebiasaan seperti itu dapat membantu memperlancar penulisan narasi saat menulis buku biografi, tentang profil perjalanan hidup seseorang.
Saat ini, menurut pak Dahlan, menulis buku itu termasuk profesi menjanjikan lantaran sudah mulai diapresiasi oleh mereka yang mencintai buku. "Apalagi kalau ada Proyek-proyek Buku," katanya.
Melaksanakan amanah lebih dari 20 tahun sebagai Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana Sulawesi Selatan, pak Dahlan mengaku saat ini sedang menyusun sebuah buku perjalanan hidup seorang tokoh fenomenal berprestasi dalam penyelengaraan pemerintahan di Sulsel. Akan dirampungkan dalam waktu dekat.
"Saya akan menulis buku sampai tidak bisa lagi berpikir, dan menulis," tandas pak Dahlan dengan raut rupa serius.
Malam mulai larut. Seorang staf KONI Sulsel menghampiri memberikan selembar surat di tengah perbincangan dengan MDA. Ketika dia hendak beranjak mengambil sesuatu di ruang kerjanya, saya pun pamit. "Tiap malam saya ada di sini," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H