Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mobil Gerundeng, Produk Petani di Sulawesi Selatan yang Butuh Pengembangan

8 Juli 2017   21:02 Diperbarui: 9 Juli 2017   17:53 3325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin mobil Gerundeng dihidupkan dengan slinger/Ft: Mahaji Noesa

Belum diketahui pasti siapa yang mula-mula mengenalkan atau membuat Gerundeng -- kendaraan bermotor roda empat serba guna yang kini banyak diproduk dan digunakan oleh kalangan petani khususnya di daerah-daerah pertanian tanaman pangan provinsi Sulawesi Selatan, seperti di wilayah kabupaten Bone, Soppeng, dan Wajo (Bosowa).

Pastinya, menurut cerita yang dihimpun dari warga di Bosowa, cikal Gerundeng sudah ada sejak tahun 80-an di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Waktu itu populer dengan sebutan Dompeng. Dompeng dihadirkan oleh kalangan petani untuk menggantikan kuda mengangkut beban berat hasil-hasil pertanian melalui jalan-jalan tani atau menyusur jalanan pedalaman dengan kondisi berlumpur terutama di musim hujan.

Awalnya Dompeng dibuat mirip gerobak. Berbentuk kotak bak kayu ukuran 1 x 1,5 meter, menggunakan empat roda ban mobil pickup lingkaran 12 - 13. Kotak kayu beroda empat tersebut ditarik dengan sepeda motor sebagai gandengan di belakangnya. Selanjutnya para petani memodif Dompeng tersebut agar dapat berdaya angkut lebih banyak dan mampu bergerak lebih  cepat. 

Menurut Nur (50), seorang pemilik bengkel las di poros Solo (Bone) -- Kulampu (Wajo) di awal-awal tahun 90-an dia banyak menerima pesanan pembuatan bak Dompeng dari rangka pipa serta besi siku, dan di bagian bawahnya menggunakan rangka blok untuk pemasangan roda atau ban. Rangka Dompeng tersebut tidak lagi ditarik sepeda motor, tetapi roda atau bannya digerakkan menggunakan mesin handtraktor (traktor tangan) pengolah  tanah persawahan.

''Seperti pemasangan konstruksi mesin handtraktor, ban Dompeng berputar melalui blok as yang dihubungkan tali  pambel  ke mesin. Kelemahan awalnya,  Dompeng bergerak dengan gas saja tanpa ada kendali rem,'' jelas Nur.

Seiring dengan perjalanan waktu, kini  kendaraan Dompeng mengalami sejumlah penyempurnaan atas utak-atik para petani melalui bengkel-bengkel rakyat. Nama Dompeng pun menghilang berganti dengan Gerundeng.

Mobil Gerundeng kini digunakan untuk beragam kepentingan/Ft: Mahaji Noesa
Mobil Gerundeng kini digunakan untuk beragam kepentingan/Ft: Mahaji Noesa
Kendaraan Gerundeng sekarang sudah ada yang berukuran panjang 3 meter dengan lebar 1,5 meter. Seperti ukuran mobil pickup. Telah dilengkapi setir,  persenelan, dan rem, layaknya mobil pabrikan. Kecepatan dapat mencapai 70 hingga 80 km per jam dengan kemampuan gerak non stop 10 hingga 12 jam, tergantung merk dan daya mesin handtraktor yang digunakan. Daya angkut dapat melebihi 1.000 kg.

Tak heran jika anda kini masuk ke wilayah-wilayah pedalaman Bosowa akan menjumpai pergerakan banyak Gerundeng dengan beragam bentuk serta aktivitas. Selain dipakai untuk mengangkut barang, juga untuk pengangkutan hingga 6 orang penumpang. Meskipun sampai sekarang belum ditemukan Gerundeng yang dikomersilkan sebagai angkutan umum khusus untuk angkutan penumpang di wilayah pedesaan.

Tak hanya menyusur jalanan perkampungan, Gerundeng kendaraan roda empat yang tanpa nomor polisi tersebut pun kini sudah banyak dimodif untuk beroperasi di jalan-jalan raya yang dilintasi kendaraan umum. Mungkin petugas polisi dan angkutan lalu-lintas jalan raya masih maklum, Gerundeng sebagai kendaraan angkutan rakyat sehingga belum dibuat batasan operasi jalanan yang bisa dilaluinya.

Bahkan dengan menggunakan mesin handtraktor berkekuatan 16 PK, kini sejumlah warga memodifikasi Gerundengnya sebagai alat sawmil, mengolah kayu gelondongan menjadi balok atau papan.  ''Ini mungkin merupakan kendaraan bermotor roda 4 yang harganya paling murah di dunia. Dengan uang sekitar Rp 17  juta sekarang warga dapat  memiliki sebuah Gerundeng baru sebagai kendaraan  keluarga serba guna,'' kata Abd Haris, seorang pengusaha asal kabupaten Soppeng.

Mobil Gerundeng digerakkan menggunakan mesin handtraktor/Ft: Mahaji Noesa
Mobil Gerundeng digerakkan menggunakan mesin handtraktor/Ft: Mahaji Noesa
Mesin mobil Gerundeng dihidupkan dengan slinger/Ft: Mahaji Noesa
Mesin mobil Gerundeng dihidupkan dengan slinger/Ft: Mahaji Noesa
Kelemahan yang terlihat dari kendaraan Gerundeng, belum ada keseragaman ukuran body. Starter masih menggunakan slinger. Demikian pula lampu-lampu untuk kepentingan penerangan maupun untuk navigasi belum terpola sebagaimana layaknya kendaraan angkutan di jalan raya. Suara mesin yang menderu ribut tanpa peredam, sehingga kehadirannya di saat-saat tertentu dapat mengganngu suasana lingkungan sekitarnya.                        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun