Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewai Balaoe, Tikus Menyerang di Musim Kawin

26 Desember 2016   22:59 Diperbarui: 27 Desember 2016   17:57 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah berpagar seng plat di kecamatan Sajoanging, kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan/Ft: Mahaji Nesa

Tikus masih menyerang tanaman padi petani di kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, hingga penghujung tahun 2016. Tikus Melawan atau Tikus Menyerang. Mewai BalaoE,  begitu  kata petani  dalam bahasa Bugis di kecamatan Sajoanging dan Penrang yang kini  ribuan hektar sawahnya diserang hama tikus.

Hama tikus di kedua kecamatan bertetangga di pesisir pantai timur kabupaten Wajo tersebut justeru menyerang tanaman padi  Ase Bare’ (Bhs Bugis, berarti Padi Musim Barat) ketika baru mulai bertumbuh di bulan Desember 2016.

Langkah penyelamatan tanaman padi dari serangan hama tikus, para petani terpaksa harus mengeluarkan dana ekstra memagar keliling petakan sawah mereka menggunakan seng plat atau plastik karpet setinggi 35 – 40 cm.

Dalam perbincangan dengan sejumlah pengolah padi Ase Bare’ di desa Assorajang kecamatan Sajoanging memaparkan, bahwa dalam setiap hektar sawah mereka harus menyediakan dana sekitar Rp 6 jutaan untuk membeli dan memasang pagar seng plat untuk setiap hektar sawah.

Dalam hitungan mereka, jika tanaman padi dapat terselamatkan dari serangan hama tikus bakal diperoleh hasil minimal 4.000 kg gabah. Jika harga gabah masih seperti biasa Rp 4.000/kg, maka hasil kotor yang dapat diperoleh dari 1 hektar tanaman padi adalah Rp 16 juta.

Tak heran jika berkunjung ke hamparan persawahan yang kini sedang ditumbuhi padi di kecamatan Sajoanging dan Penrang, akan terlihat pemandangan unik petakan-petakan sawah berpagar seng plat atau plastik jenis karpet.   

‘’Sawah dipagari, sesuatu perlakuan yang baru kali ini terjadi karena racun untuk membunuh tikus kini sepertinya tidak mempan lagi. Dulu kalau kita tebar racun tikus di sekitar sawah terlihat ada tikus yang mati, sekarang tebar racun tikus tetap ganas,’’ jelas Hamid, seorang petani penanam Ase Bare’ di Lawesso, Penrang.

Namun begitu, banyak petani di kecamatan Sajoanging dan Penrang membiarkan saja tanaman padinya digasak tikus. Selain tak memiliki dana untuk memagar sawahnya, mereka juga berpandangan bahwa pemagaran sawah menghindari hama tikus hanya akan sia-sia lantaran hujan tidak akan turun hingga Pebruari 2017 di hamparan Ase Bare’. Itu artinya, padi akan mati.

Musim Tanam Ase Bare’ di kedua kecamatan mulai Nopember 2016 bertepatan waktunya dengan deretan penanggalan arab, bulan-bulan yang dianggap baik melakukan hajat pernikahan di kalangan etnik Bugis, Sulawesi Selatan. Hingga jelang tutup tahun 2016 terlihat masih banyak undangan acara pengantin yang baru diedarkan di wilayah kecamatan Sajoanging dan Penrang.

‘’Mau percaya atau tidak, kenyataan selama ini jika masuk bulan-bulan Musim Kawin jarang hujan turun, meskipun dalam hitungan ilmu pengetahuan sudah masuk musim hujan. Di daerah Bugis sampai sekarang banyak orang pandai Mappanini Bosi atau pandai menahan agar tidak hujan di musim banyak acara perkawinan,’’ jelas Palingai, warga Raddae, Penrang.

Namun para petani yang telah memagari sawah-sawahnya agar tidak digerogoti tikus, tetap optimis hujan akan turun dalam bulan Januari 2017 untuk membasahi tanaman padi Ase Bare’ yang umumnya ditanam di lahan sawah tadah hujan di kecamatan Sajoanging dan Penrang.

Sejumlah petani penanam Ase Bare’ di sekitar Penrang justeru dalam masa tanpa hujan  telah membasahi lahan sawahnya dari sumur-sumur bor yang dibuat sekitar persawahan. Mereka menggunakan mesin pompa untuk mengalirkan air kebutuhan persawahan. Menariknya, kini  para petani di kedua kecamatan dapat memodifikasi mesin pompa yang dari sononya diproduk menggunakan bahan bakar premium atau solar menjadi menggunakan bahan bakar gas.

‘’Menghidupkan mesin pompa air sehari semalam gunakan bensin sampai 8 liter, sedangkan pakai gas lebih hemat karena sehari semalam hanya habiskan 2 tabung gas 3 kilogram,’’ ungkap Adi, warga Benteng, Penrang.

Sayangnya,  saat musim Ase Bare’ terlalu sering terjadi kekurangan pasokan gas elpiji 3 kg di kecamatan Sajoanging dan Penrang, padahal lokasi penghasil gas alam berjarak  tidak sampai 40 km dari kedua kecamatan ini. ‘’Sejak bulan Nopember 2016, seperti tahun-tahun sebelumnya gas 3 kilogram sering langka di Sajoanging dan Penrang. Kalau ada, harga jual di tingkat pengecer sampai Rp 25.000 per tabung 3 kilogram padahal harga normalnya untuk wilayah kabupaten Wajo hanya kisaran Rp 16.000 per tabung 3 kilogram. Pemkab Wajo sebagai wilayah penghasil gas alam harus perhatikan ini, kelangkaan dan mahalnya harga gas tak hanya memberatkan petani Ase Bare’ tapi juga menyusahkan masyarakat umum yang telah menjadikan gas sebagai bahan bakar untuk kebutuhan keluarga,’’ komentar Adi.

Sebenarnya, menurut Bustam, mahasiswa Fakultas Pertanian asal kabupaten Wajo di salah satu perguruan tinggi di kota Makassar, serangan hama tikus Ase Bare’ di Sajoangin dan Penrang tidak perlu menjadi parah apabila pihak dinas pertanian kabupaten Wajo tanggap dan bertindak cepat.

‘’Kalau tak keliru, seperti sudah diwartakan sejak jelang panen raya padi April 2016 lalu, pihak Petugas Organisme Pengganggu Tanaman dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo sudah menditeksi mulai berkembangnya serangan tikus di sejumlah lahan pertanian di kabupaten Wajo,’’ katanya. Ya....kini belum terlambat membantu petani selamatkan tanaman padi Ase Bare’.                                                                    

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun