Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewai Balaoe, Tikus Menyerang di Musim Kawin

26 Desember 2016   22:59 Diperbarui: 27 Desember 2016   17:57 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah berpagar seng plat di kecamatan Sajoanging, kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan/Ft: Mahaji Nesa

Sejumlah petani penanam Ase Bare’ di sekitar Penrang justeru dalam masa tanpa hujan  telah membasahi lahan sawahnya dari sumur-sumur bor yang dibuat sekitar persawahan. Mereka menggunakan mesin pompa untuk mengalirkan air kebutuhan persawahan. Menariknya, kini  para petani di kedua kecamatan dapat memodifikasi mesin pompa yang dari sononya diproduk menggunakan bahan bakar premium atau solar menjadi menggunakan bahan bakar gas.

‘’Menghidupkan mesin pompa air sehari semalam gunakan bensin sampai 8 liter, sedangkan pakai gas lebih hemat karena sehari semalam hanya habiskan 2 tabung gas 3 kilogram,’’ ungkap Adi, warga Benteng, Penrang.

Sayangnya,  saat musim Ase Bare’ terlalu sering terjadi kekurangan pasokan gas elpiji 3 kg di kecamatan Sajoanging dan Penrang, padahal lokasi penghasil gas alam berjarak  tidak sampai 40 km dari kedua kecamatan ini. ‘’Sejak bulan Nopember 2016, seperti tahun-tahun sebelumnya gas 3 kilogram sering langka di Sajoanging dan Penrang. Kalau ada, harga jual di tingkat pengecer sampai Rp 25.000 per tabung 3 kilogram padahal harga normalnya untuk wilayah kabupaten Wajo hanya kisaran Rp 16.000 per tabung 3 kilogram. Pemkab Wajo sebagai wilayah penghasil gas alam harus perhatikan ini, kelangkaan dan mahalnya harga gas tak hanya memberatkan petani Ase Bare’ tapi juga menyusahkan masyarakat umum yang telah menjadikan gas sebagai bahan bakar untuk kebutuhan keluarga,’’ komentar Adi.

Sebenarnya, menurut Bustam, mahasiswa Fakultas Pertanian asal kabupaten Wajo di salah satu perguruan tinggi di kota Makassar, serangan hama tikus Ase Bare’ di Sajoangin dan Penrang tidak perlu menjadi parah apabila pihak dinas pertanian kabupaten Wajo tanggap dan bertindak cepat.

‘’Kalau tak keliru, seperti sudah diwartakan sejak jelang panen raya padi April 2016 lalu, pihak Petugas Organisme Pengganggu Tanaman dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo sudah menditeksi mulai berkembangnya serangan tikus di sejumlah lahan pertanian di kabupaten Wajo,’’ katanya. Ya....kini belum terlambat membantu petani selamatkan tanaman padi Ase Bare’.                                                                    

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun