Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Murahnya Baju, Celana dan Sepatu Impor ‘RB’ di Kendari

28 Maret 2015   22:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 3637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357857" align="aligncenter" width="480" caption="Di kawasan Wuawua inilah berlokasi sentral perdagangan RB Kota Kendari/Ft: i Noesa"][/caption]

Kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini boleh jadi merupakan salah satu tempat paling nyaman untuk membeli pakaian bekas impor. Beragam model pakaian bekas produk dari berbagai negara, seperti AS, Australia, Jepang, China, Singapura dan Malaysia, tak hanya mudah didapati dijual Pedagang Kaki-5 (PK-5) di berbagai sudut kota. Hampir semua pasar di kota Kendari secara khusus menyediakan stand atau lodz penjualan pakaian bekas impor tersebut.

Terdapat ribuan warga sejak tahun 80-an telah menjadikan penjualan barang-barang bekas impor sebagai mata pencaharian utama. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Walikota Kendari Ir Asrun, lantas bereaksi menampik tatkala beberapa waktu lalu pihak kementerian perdagangan menyatakan untuk segera menghentikan perdagangan pakaian bekas impor karena dinilai mematikan industri garmen lokal.

Pihak kementerian perdagangan saat ini kembali menunjuk Permendag No.54/M/DAG/PER/10/2009 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor sebagai dasar pelarangan perdagangan pakaian bekas impor di Indonesia. Akan tetapi selama 6 tahun terbitnya Permendag tersebut, warga hampir setiap saat menyaksikan pakaian-pakaian bekas impor secara resmi dan aman masuk melalui dermaga kapal yang ada di kota Kendari dan sekitarnya.

[caption id="attachment_357858" align="aligncenter" width="480" caption="Penjualan pakaian RB di kaki-5 seperti ini bertebaran di berbagai penjuru kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

1427556219148503460
1427556219148503460
[/caption]

[caption id="attachment_357860" align="aligncenter" width="480" caption=" Stand penjualan pakaian-pakaian bekas impor di Pasar Sentral Kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

1427556417998696710
1427556417998696710
[/caption]

Walikota Kendari dua periode yang kini tampak sudah mulai menyosialisasikan diri untuk menjadi salah satu Bakal Calon Gubernur Provinsi Sultra meminta, agar pemerintah tidak melarang tapi segera melegalkan perdagangan pakaian-pakaian bekas impor tersebut sebagai salah satu lapangan usaha rakyat yang sudah tumbuh baik selama ini sekaligus dapat memberikan pendapatan bagi negara.

Warga di kota Kendari seperti umumnya penduduk di provinsi Sultra menamai barang-barang bekas impor yang diperdagangkan dengan sebutan RB (Baca: erbe). RB merupakan singkatan dari kata Rombengan. Maklum, sebelum penjualan pakaian bekas impor memasuki pasar hingga ke pelosok, penduduk di wilayah ini sudah akrab dengan istilah penjual Pakaian Rombengan. Yakni sejenis PK-5 yang secara khusus menjual pakaian-pakaian bekas yang dibeli dari penduduk kemudian dijual kembali di tepi-tepi jalan atau berkeliling masuk keluar kawasan pemukiman menjajakan barang dagangannya.

‘’Pedagang Baju Rombengan tempo dulu tak hanya menjual baju atau celana bekas pakai buatan dalam negeri tapi juga sudah banyak menjual pakaian bekas bermerek luar negeri. Baju atau celana rombengan bermerek luar negeri sekalipun bekas dari dulu cepat laku di pasaran karena selalu kelihatan masih baru, harganya murah, dan masih lebih tahan dipakai dibandingkan pakaian baru buatan dalam negeri. Sama dengan kondisi RB sekarang,’’ kenang Anwar (68), warga di bilangan Mandonga, kota Kendari.

[caption id="attachment_357862" align="aligncenter" width="480" caption="Di kanan lokasi penjualan baju dan celana RB di lantai II Pasar Sentral Kota Lama Kendari ini terdapat penjualan berbagai model dan merk sepatu RB"]

1427556614280993945
1427556614280993945
[/caption]

[caption id="attachment_357865" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu kios penjual pakaian RB di Lawata, kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

14275571502084078446
14275571502084078446
[/caption]

[caption id="attachment_357866" align="aligncenter" width="480" caption="Sentral perdagangan RB di Jl Achmad Yani kota Kendari ramai pengunjung bermobil/Ft: Mahaji Noesa"]

1427557443333570537
1427557443333570537
[/caption]

Sentral Penjualan RB di Jalan Achmad Yani, salah satu pusat perdagangan di wilayah Wuawua, kota Kendari yang setiap hari padat pengunjung, tak hanya menjual baju dan celana bekas impor. Tapi juga di sini terdapat penjualan berbagai jenis sepatu, tas, asesori, karpet, dan kasur busa.Harga jualnya tiga sampai empat kali lebih murah dari harga jual barang sejenis bukan bekas pakai di pasaran umum.

‘’Sepatu olah raga bekas bermerek Cross buatan China yang saya beli dengan harga Rp 40.000 di sekitar Pasar Lawata kota Kendari (Diklaim sebagai pusat penjualan RB terbesar di Sultra-pen) 10 bulan lalu sampai kini masih kuat dan modelnya tetap tren. Sedangkan dalam waktu sama, sepatu olah raga buatan dalam negeri bukan bekas yang dibeli oleh rekan seharga Rp 130.000 sudah robek, rusak dan terkelupas alas haknya,’’ jelas Ahyar, seorang karyawan swasta.

Bursa pejualan RB yang sudah sejak puluhan tahun marak di kota Kendari kini juga telah melahirkan sejumlah cabang usaha ikutan yang baru. Di antaranya, terlihat di beberapa tempat penjualan RB di sejumlah pasar di kota Kendari, seperti di Pasar Wuawua, Pasar Panjang, Pasar Sentral Kota Lama, Pasar Lawata, Pasar Mandonga, Pasar Andonohu, dan Pasar Sentral Lapulu memunculkan penjahit-penjahit yang khusus melakukan usaha jasa permak mengecilkan baju, celana maupun sepatu RB yang disukai modelnya tapi kebesaran ukurannya.

Beberapa penjual RB PK-5 mengaku, selama ini membeli baju dan celana kaos maupun kain RB apkir yang cacat memiliki sedikit robekan dari para pedagang RB porsi besar. Pakaian-pakaian RB cacat dengan kualitas kain baik yang dibeli dengan harga miring kemudian dimodifikasi kembali menjadi berbagai model baju dan celana untuk anak-anak.

‘’Dengan sedikit keterampilan menggunting dan menjahit, RB-RB cacat itu setelah diolah kembali dapat laku terjual, dan menguntungkan,’’ kata Ibu Rabi, pedagang RB PK-5 di sekitar wilayah Andonohu.

[caption id="attachment_357864" align="aligncenter" width="480" caption="Bursa penjualan sepatu RB sore hingga malam hari di Pantai Kendari Beach/Ft: Mahaji Noesa"]

14275569141714669941
14275569141714669941
[/caption]

Selain di pasar-pasar umum, PK-5, serta pusat-pusat penjualan RB di kota Kendari, kini setiap hari dalam kondisi cuaca yang cerah -- mulai sore hingga malam hari jalanan tepi pantai di arah barat Pantai Kendari Beach jadi lokasi baru tempat penjualan berbagai jenis sepatu RB. Dengan duit Rp 20.000 di lokasi ini dapat diperoleh sepasang sepatu santai RB. Kehadiran penjual sepatu-sepatu RB membuat malam-malam sepanjang Pantai Kendari Beach yang bersuasana pasar malam tersebut kian meriah.

Sejak membanjirnya RB di pasaran kota Kendari sejak awal tahun 80-an, banyak membantu khususnya warga berpenghasilan rendah memenuhi kebutuhan sandangnya, termasuk saat Indonesia dilanda krisis ekonomi dan moneter. Sekarang, pakaian RB juga ternyata diminati kalangan berduit. Hal itu terlihat secara kasat mata, setiap hari pusat-pusat penjualan RB di kota Kendari selalu ramai dikunjungi pembeli pria maupun wanita pemilik mobil pribadi.

Paling menarik PK-5 RB di depan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kota Lama Kendari. Mereka sudah menggelar jualannya mengikuti arus kunjungan TPI yang sudah ramai sejak subuh hari. Sejumlah penjual di sini mengaku, banyak nelayan asal pulau-pulau sering memborong RB pagi hari. Pengakuannya, baju dan celana bekas impor yang dibeli untuk dibarter ikan dengan nelayan pencari ikan di pulau-pulau dan wilayah pantai depan perairan Teluk Kendari.

Sejumlah buruh dan pekerja swasta dari berbagai tempat di kota Kendari mengaku sudah puluhan tahun membeli baju dan celana RB untuk keperluan busana harian anak-anaknya. Model dan kualitasnya bagus, harganya murah. ‘’Di kota Kendari ini lebih mahal harga sebungkus sabun bubuk detergen dibandingkan harga selembar baju RB,’’ komentar La Ana, mengaku warga dari kelurahan Purirano kecamatan Kendari.

Rekannya, Ridwan menimpali, ‘’Jika pendapatan rakyat tidak bertambah, lalu harga beras mahal, harga BBM naik, tarif listrik dinaikkan, dan kemudian pemerintah jadi melarang penjualan pakaian-pakaian bekas impor yang berharga jual murah, maka lengkaplah hebatnya derita rakyat kecil di awal langkah Indonesia Hebat sekarang!’’

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun